Ilustrasi. Foto: Dok MI
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan sore ini berhasil menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sejak perdagangan pagi, rupiah berhasil kembali menguat atas dolar AS sejak pagi tadi.
Mengacu data Bloomberg, Rabu, 25 Juni 2025, rupiah menguat hingga 53,5 poin atau 0,33 persen ke posisi Rp16.300 per USD dibandingkan sebelumnya di posisi Rp16.353,5 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara itu, berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah menguat hingga 80 poin atau 0,48 persen menjadi Rp16.285 per USD dibandingkan sebelumnya di posisi Rp16.345 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sedangkan berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (disingkat Jisdor), mata uang Garuda ini terpantau berada di posisi Rp16.292 per USD. Rupiah melemah dibandingkan Jumat lalu sebesar Rp16.370 per USD.
(Ilustrasi. Foto: Dok MI)
Rupiah diprediksi menguat
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali menguat.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.300 per USD hingga Rp16.360 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis harian.
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi oleh sentimen global seperti pengumuman Presiden AS Donald Trump dimana Israel dan Iran telah sepenuhnya menyetujui gencatan senjata, menambahkan Iran akan segera memulai gencatan senjata, diikuti oleh Israel setelah 12 jam.
Jika kedua belah pihak menjaga perdamaian, perang akan resmi berakhir setelah 24 jam, mengakhiri konflik selama 12 hari. Trump mengatakan gencatan senjata secara lengkap dan total itu akan mulai berlaku dengan tujuan untuk mengakhiri konflik antara kedua negara.
Keterlibatan langsung AS dalam perang juga telah memfokuskan investor secara langsung pada Selat Hormuz, jalur air sempit dan vital antara Iran dan Oman di Teluk Timur Tengah yang dilalui antara 18 dan 19 juta barel minyak mentah dan bahan bakar per hari, hampir seperlima dari konsumsi dunia.
"Kekhawatiran berkembang gangguan apa pun pada aktivitas maritim melalui selat tersebut akan melambungkan harga, mungkin hingga mencapai angka tiga digit," papar dia.
Di sisi lain, pemerintah mencatat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit sebesar Rp21 triliun per akhir Mei 2025. Meski alami pergeseran dari posisi surplus pada bulan sebelumnya, namun kondisi fiskal masih dalam batas yang sangat terkendali.
Defisit tersebut baru mencapai 0,09 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), jauh di bawah batas defisit yang ditetapkan dalam Undang-Undang APBN 2025 sebesar Rp616,2 triliun atau sekitar 2,29 persen dari PDB.