Awal 2024, Rupiah Tersandung ke Level Rp15.470/USD

Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Ramdani.

Awal 2024, Rupiah Tersandung ke Level Rp15.470/USD

Husen Miftahudin • 2 January 2024 17:02

Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini mengalami pelemahan. Ini merupakan hari perdana perdagangan di 2024, setelah libur Tahun Baru.

Mengutip data Bloomberg, Senin, 2 Januari 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp15.470 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 71 poin atau setara 0,46 persen dari posisi Rp15.399 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, nonfarm payrolls menunggu isyarat lebih lanjut mengenai penurunan suku bunga Fed Pasar sekarang fokus pada data utama nonfarm payrolls untuk Desember, yang akan dirilis pada Jumat ini.

"Angka tersebut diperkirakan akan menunjukkan penurunan lebih lanjut di pasar tenaga kerja, sebuah tren yang kemungkinan akan memberikan tekanan lebih besar pada The Fed untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga lebih awal," ungkap Ibrahim

Alat Fedwatch CME menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang lebih dari 70 persen The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Maret. Namun sebelum pembacaan, bank sentral masih harus menghadapi serangkaian pembacaan perekonomian, terutama mengenai inflasi dan pasar tenaga kerja.

Meskipun inflasi dan pasar tenaga kerja menurun secara substansial sepanjang 2023, tekanan harga masih jauh di atas target tahunan The Fed sebesar dua persen. Ruang kerja juga relatif panas.

Pejabat Fed memperingatkan pada Desember bahwa bank sentral perlu melihat lebih banyak pendinginan dalam dua tren tersebut untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga lebih awal.

"Para pejabat juga memperingatkan pertaruhan penurunan suku bunga lebih awal oleh The Fed terlalu optimis. Namun The Fed masih diperkirakan akan memangkas suku bunga pada 2024, sebuah skenario yang menjadi pertanda buruk bagi indeks dolar AS," ucap dia.

Baca juga: Inflasi di Bawah Ekspektasi Beri Ruang BI Pangkas Suku Bunga
 

Indonesia catatkan inflasi terendah


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Indonesia pada 2023 sebesar 2,61 persen (yoy), tingkat inflasi tersebut merupakan yang terendah dalam dua dekade terakhir.

"Inflasi yang landai pada tahun 2023 didorong pengendalian inflasi yang baik oleh pemerintah maupun Bank Indonesia (BI)," tutur Ibrahim.

Terlebih, pada 2023 ada ketIdakpastian yang membayangi pergerakan inflasi dalam negeri, salah satunya fenomena kekeringan panjang atau El Nino. Selain itu, inflasi yang rendah ini juga karena faktor basis tinggi.

Pada 2022, ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang menyulut inflasi. Sesuai pola musiman, biasanya tingkat inflasi akan menurun pada satu tahun setelah tahun adanya kenaikan harga BBM bersubsidi. 

Kemudian, pasar juga memantau tentang kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 tercatat mengalami defisit Rp241,4 triliun per 28 Desember 2023. Angka defisit tersebut didapatkan dari realisasi pendapatan negara yang mencapai Rp2.725,4 triliun. Sementara belanja negara terealisasi senilai Rp2.966,8 triliun

Adapun, realisasi pendapatan negara tersebut telah mencakup 110 persen target APBN awal senilai Rp2.463 triliun, atau tembus 103,3 persen dari target revisi yang tercantum dalam Perpres 75/2023 dengan angka Rp2.637,2 triliun.

Walaupun terjadi defisit, jelas Ibrahim, kinerja APBN selama 2023 dapat terjaga kuat dan sehat terutama terkait realisasi belanja negara yang semakin berkualitas dengan memastikan bahwa setiap rupiah dari APBN bermakna bagi masyarakat. APBN mampu berperan menjadi peredam benturan (shock absorber) atas risiko-risiko yang dapat memengaruhi kesejahteraan masyarakat.

"Terlebih, kondisi global yang sedang terjadi seperti konflik geopolitik, gejolak ekonomi, dan perubahan iklim membawa dampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi global yang berdampak pada kondisi ekonomi Indonesia," tegas Ibrahim.

Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan ditutup melemah.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.450 per USD hingga Rp15.510 per USD," tutup Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)