Regenerasi Petani di Jawa Tengah Rendah

Ilustrasi/Media Indonesia

Regenerasi Petani di Jawa Tengah Rendah

Media Indonesia • 7 December 2023 09:22

Semarang: Minat generasi muda menjadi petani rendah bersamaan dengan semakin berkurangnya lahan pertanian menjadi fenomena terjadi di Jawa Tengah. Kondisi ini akan mengancam ketersediaan pangan di masa depan.

Fenomena menurunnya pertanian ini terungkap berdasarkan hasil sensus pertanian 2023 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di daerah dan Provinsi Jawa Tengah, bahkan selain itu keterbatasan sarana prasarana kebutuhan pertanian juga menjadi persoalan tersendiri dihadapi petani seperti keterbatasan pupuk, peralatan pertanian dan teknologi pertanian.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kudus dalam sensus pertanian mengungkapkan bahwa jumlah petani di daerah ini sebanyak 44.697 orang hanya 194 orang diantaranya berusia dibawah 25 tahun, sehingga jumlah petani milenial tersebut 0,20 atau dibawah satu persen dari jumlah petani secara keseluruhan.

Sedangkan petani usia 25-34 tahun di Kabupaten Kudus sebanyak 2.415 orang (5,14 persen) dari total jumlah petani yang ada. 

"Fenomena regenerasi petani yang rendah ini cukup mengkhawatirkan dan mengancam ketersediaan pangan global di masa depan," kata Kepala BPS Kudus Eko Suharto, Kamis, 7 Desember 2023.

Regenerasi petani ini sangat penting, lanjut Eko Suharto, apalagi banyak petani yang kini sudah lanjut usia dan kekurangan generasi muda yang tertarik untuk mengambil alih usaha pertanian, ditambah ketimpangan gender pada pengelolaan usaha pertanian juga terjadi di Kabupaten Kudus yakni 87,83 persen laki-laki dan 12,17 persen perempuan.

Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah Dadang Hardiwan mengungkapkan bahwa dari jumlah penduduk di Jawa Tengah sebanyak 36 juta jiwa jumlah generasi Gen Z sebanyak 25,31 persen, namun dari generasi milenial usia 19-39 tahun memilih untuk menjadi petani hanya 14,86 persen.

Berdasarkan Hasil Pencacahan Lengkap Sensus Pertanian 2023 Tahap 1, demikian Dadang Hardiwan, minimnya jumlah petani muda dalam kurun waktu 10 tahun, juga dibarengi kondisi sektor pertanian di Jawa Tengah mengalami penurunan. 

"Walaupun Jawa Tengah dikenal sebagai salah satu penyangga pangan secara nasional namun kondisi sektor pertanian justru mengalami penurunan yang drastis," tambahnya.

Dibandingkan tahun 2013 lalu, ungkap Dadang Hardiwan, jumlah Usaha Pertanian Perorangan (UTP) sebanyak 4.363.708 unit turun 13,25 persen, demikian juga Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) sebanyak 4.218.349 rumah tangga turun 1,68 persen.

Kondisi ini berbeda dengan jumlah Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (UPB) sebanyak 285 unit naik 26,67, ujar Dadang Hardiwan, jumlah Usaha Pertanian Lainnya (UTL) sebanyak 2.324 unit juga naik 297,26 persen serta Rasio Usaha Pertanian Perorangan (UTP) di Provinsi Jawa Tengah terhadap Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) sebesar 1,03 atau turun 0,14 poin dibanding tahun 2013 sebesar 1,17.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Meilikhah)