Ilustrasi. Medcom.id.
Siti Yona Hukmana • 28 June 2024 13:25
Jakarta: Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) bertandang ke Padang, Sumatra Barat (Sumbar) mencari tahu persoalan pengamanan tawuran belasan remaja, yang satu di antaranya tewas diduga dianiaya anggota polisi. Kompolnas mengantongi keterangan saksi bahwa ada penyundutan rokrok dari anggota Sabhara Polda Sumbar.
Saksi yang diperiksa itu ialah seorang anak yang diklaim sebagai saksi kunci. Anak yang tak disebutkan identitasnya itu mengaku mendapatkan siksaan saat dibawa ke kantor polisi. Namun, sang anak tak hapal identitas anggota yang melakukan penyiksaan tersebut.
"Ketika ditanya siapa yang nyundut, yang disundut ngomong, saya nggak kenal namanya karena pakaian preman,” kata Ketua Harian Kompolnas Benny Josua Mamoto saat dikonfirmasi, Jumat, 28 Juni 2023.
Benny mengungkapkan dari kesaksian para korban kekerasan ini Kompolnas dapat membantu pengungkapan kematian Afif Maulana, 13. Kekerasan yang mulanya hanya isu yang beredar di media sosial kini telah dibenarkan oleh korban.
“Apa yang beredar di media, beberapa terbukti menyudut rokok, memukul, menendang dan sebagainya, itu sudah diakui,” ujar dia.
Benny memaparkan Kompolnas juga sudah mendapat keterangan mengenai 17 anggota yang melakukan pelanggaran. Dia mengaku telah menyampaikan sejumlah rekomendasi kepada Polda Sumbar.
Rekomendasi pertama, Kompolnas meminta agar anggota yang melanggar aturan itu dilakukan penegakan hukum. Kedua, peristiwa ini diminta menjadi bahan evaluasi agar pengawasan melekat menjadi hal penting.
“Atasan langsung dari anggota itu menjadi penting perannya. Di mana dia harus mengawasi, dia harus membimbing, membina anggotanya. Ini menjadi penting dalam kasus ini,” tekan Benny.
Ketiga, Kompolnas meminta Polda Sumbar dan kepolisian secara menyeluruh untuk menjadikan peristiwa ini pembelajaran dalam menindak pelaku tawuran. Benny tam memungkiri tawuran memang semakin marak sampai ke daerah-daerah.
Terakhir, dia berpesan agar masyarakat berperan aktif memberikan berbagai informasi mengenai perkara ini untuk membantu proses penuntasan kasus. Sebab, Polda Sumbar dipandang sangat terbuka atas masukan masyarakat.
Sebanyak 17 anggota Sabhara Polda Sumbar dinyatakan melanggar standar operasional prosedur (SOP) dalam pengamanan 18 remaja hendak tawuran di Padang. Ke-17 anggota diketahui melanggar setelah Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Sumbar memeriksa 40 lebih anggota.
"Sekali lagi kami sudah mengumumkan dari hasil penyelidikan dan juga pemeriksaan kami kepada 40-an anggota. Dari jumlah itu, 17 anggota diduga terbukti memenuhi unsur (melanggar)," kata Kapolda Sumbar Irjen Suharyono dalam konferensi pers di Polda Sumbar, Kamis, 27 Juni 2024.
Namun, objek pelanggarannya belum dipastikan. Ke-17 anggota yang melanggar aturan masih diperiksa intensif. Termasuk mencari tahu ada atau tidak keterlibatan anggota lain dalam pelanggaran tersebut.
Baca juga: Komnas HAM: Penganiayaan Paling Banyak Dilakukan Polri pada Tahap Interogasi |