Awal Pekan, Rupiah Ditutup Turun ke Level Rp15.724/USD

Ilustrasi. Foto: MI/Pius Erlangga

Awal Pekan, Rupiah Ditutup Turun ke Level Rp15.724/USD

Husen Miftahudin • 28 October 2024 16:06

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami pelemahan, dengan angka pelemahan yang lebih baik dibandingkan dari perdagangan pagi.

Mengutip data Bloomberg, Senin, 28 Oktober 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.724 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 79 poin atau setara 0,50 persen dari posisi Rp15.645 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa besok akan kembali melemah.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.710 per USD hingga Rp15.810 per USD," ujar Ibrahim, dikutip dari analisis hariannya.

Ia pun membeberkan penyebab ambruknya nilai tukar rupiah saat melawan dolar AS hari ini, diantaranya sentimen yang berasal dari eksternal maupun internal.


(Ilustrasi. Foto: MI/Susanto)
 

Dolar AS terdongkrak sentimen pilpres


Ibrahim mengungkapkan, para pedagang sebagian besar condong ke dolar AS untuk mengantisipasi pemilihan presiden (pilpres) 2024, yang tinggal seminggu lagi. Arus masuk ke dolar AS juga didorong oleh ekspektasi meningkatnya ketidakpastian politik di Jepang, setelah koalisi yang dipimpin oleh Partai Demokrat Liberal yang berkuasa kehilangan mayoritas parlementernya dalam pemilihan akhir pekan. 

"Kekhawatiran atas konflik yang lebih besar di Timur Tengah mereda setelah Israel tidak menyerang fasilitas minyak dan nuklir Iran dalam serangan selama akhir pekan. Sementara Teheran memang mengancam akan membalas serangan itu, para pemimpin Iran juga meremehkan dampak serangan Israel," terang dia.

Kekhawatiran atas serangan Israel terhadap Iran, atas serangan awal Oktober, telah menjadi titik utama ketidakpastian bagi pasar, terutama karena kekhawatiran kerusakan apa pun pada infrastruktur minyak atau nuklir Iran akan menandai eskalasi yang mengerikan dalam konflik tersebut. 

Meningkatnya ketidakpastian atas pemilihan presiden AS juga diharapkan akan memacu permintaan safe haven, terutama dengan jajak pendapat baru-baru ini yang menunjukkan persaingan ketat antara Donald Trump dan Kamala Harris. Namun, dolar tampaknya lebih diuntungkan dari ketidakpastian ini. 

"Fokus minggu ini adalah pada serangkaian pembacaan ekonomi utama untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk, diantaranya data produk domestik bruto dari AS dan zona euro akan dirilis dalam beberapa hari mendatang, sementara data indeks harga PCE sebagai pengukur inflasi pilihan Federal Reserve, juga akan dirilis akhir minggu ini," papar Ibrahim.
 
Baca juga: Rupiah Senin Pagi Ambruk 0,54%
 

Utang jatuh tempo pemerintah


Pemerintah pada 2025 harus menghadapi tanggung jawabnya untuk membayar utang jatuh tempo, termasuk utang yang dihasilkan dari burden sharing bersama Bank Indonesia (BI) kala pandemi covid-19 lalu.

Menurut catatan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), terdapat jatuh tempo Surat Berharga Negara (SBN) yang dibeli Bank Indonesia (BI) berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKBI) II senilai Rp100 triliun pada 2025.  

Melihat dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2021, tercatat dari penerbitan SBN dalam rangka SKB II dan SKB III tersebut, terdapat SBN berupa SUN seri Variable Rate (VR) yang khusus dijual kepada BI di Pasar Perdana dalam rangka SKB II dan SKB III dengan total nilai sebesar Rp612,56 triliun.

Adapun, jatuh tempo utang tersebut pada 2025 senilai Rp100 triliun, dan akan berlanjut dengan angka variatif hingga 2029 atau pada Kabinet Merah Putih berakhir nantinya.  

SKB tersebut merupakan komitmen pemerintah dan BI dalam melakukan burden sharing atau berbagi beban dalam pembiayaan penanganan covid-19. Di mana BI bertindak sebagai stand by buyer melalui SKB I.

Pada SKB II, pemerintah langsung menjadi direct placement. Sementara pada SKB III, pemerintah juga menjadi direct placement namun khusus untuk kesehatan dan humanitarian. 

Sementara itu, kewajiban pemerintah tersebut hanya sebagian dari total utang jatuh tempo dan bunga utang yang harus dipenuhi pemerintah pada tahun depan.

Secara total, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat profil jatuh tempo utang pemerintah pada 2025 mencapai Rp800,33 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari jatuh tempo SBN sejumlah Rp705,5 triliun dan jatuh tempo pinjaman senilai Rp94,83 triliun. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)