Koordinator Gerakan Nurani Bangsa (GNB), Alissa Wahid, dalam konferensi pers secara daring. Dok Tangkapan Layar/Devi Hararap
Devi Harahap • 28 December 2024 12:52
Jakarta: Para tokoh bangsa dan agama yang terhimpun dalam Gerakan Nurani Bangsa (GNB) mendorong pemerintahan Presiden Prabowo Subianto lebih kreatif dalam mencari sumber pendapatan negara yang tidak hanya bertumpu pada pajak. Sebab, wacana kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen justru akan semakin menghantam daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah yang berkontribusi pada perekonomian Indonesia.
“Kami berharap pemerintah memberikan teladan melalui efektivitas dan efisiensi birokrasi, mengelola pendapatan dan belanja negara secara berhati-hati dan bijak, serta memformulasikan kebijakan yang berorientasi pada kesejahteraan sosial,” ujar koordinator GNB, Alissa Wahid dalam konferensi pers secara daring, Sabtu, 28 Desember 2024.
GNB menilai konsekuensi hilangnya pendapatan sekitar Rp75 triliun akibat pembatalan rencana kenaikan PPN, bisa disikapi dengan mengembangkan kreativitas pemerintah dalam mencari penggantinya dari pos pendapatan dan/atau sumber pendanaan lain.
“Secara bersamaan melakukan efisiensi pada setiap pos pengeluaran secara sangat serius. Langkah penghematan dan efisiensi secara ketat harus dilakukan Pemerintah untuk menunjukkan sense of crisis,” kata Alissa.
Sementara itu, inisiator GNB sekaligus Dewan Pembina Nurcholish Madjid Society, Omi Komariah Nurcholish Madjid, menjelaskan menaikkan PPN menjadi 12 persen untuk mendanai berbagai program dan janji kampanye Presiden Prabowo Subianto justru akan menimbulkan kontra produktif. Alih-alih membebani pengeluaran masyarakat, Omi mengusulkan pemerintah memangkas pengeluaran negara yang bersifat non-urgensi seperti biaya dinas pejabat, fasilitas VIP pejabat, hingga mendorong pejabat agar hidup sederhana tanpa pengawalan.
“Mengenai efisiensi yang kami usulkan misalnya biaya perjalanan dinas itu harus ada pemangkasan dan kurangi rapat di hotel. Pengalaman saya tahun 90-an keliling Amerika Serikat (AS) bertemu dengan Menteri Pertahanan AS, kami menunggu di lobby hotel, beliau datang sendiri jadi tidak ada keistimewaan pengawalan, untuk check In Hotel dia harus mengantri. Ini berbeda sekali dengan pejabat yang kita lihat di Indonesia,” tutur dia.
Baca Juga:
MUI dan Uskup Agung Jakarta Soroti Penerapan Tarif PPN 12% |