Ilustrasi. Foto: Dok MI
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan awal pekan ini mengalami penguatan. Rupiah mencoba mengambil momentum meskipun dolar AS mengalami penguatan seiring banyaknya sentiment positif.
Mengutip data Bloomberg, Senin, 27 Otober 2025, rupiah berada di level Rp16.602 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 27 poin atau setara 0,16 persen dari Rp16.629 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara dari data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.625 per USD. Rupiah masih bergerak stagnan.
Dolar AS cenderung menguat
Dolar menguat 0,2 persen menjadi 153,12 terhadap yen, level tertinggi sejak 10 Oktober. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap beberapa mata uang utama, sedikit berubah di level 98,94.
Euro stabil di level USD1,1628 sementara mata uang umum menguat hingga mencapai 178,13 yen, level tertinggi sepanjang masa. Poundsterling menguat 0,05 persen menjadi USD1,3316.
Dolar Australia dan Selandia Baru menguat seiring dengan kenaikan saham-saham regional. Dolar Australia menguat 0,3 persen menjadi USD0,6535 dan dolar Selandia Baru menguat 0,2 persen menjadi USD0,5761.
(Ilustrasi. Foto: Dok MI)
Rupiah fluktuatif cenderung melemah
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan bergerak fluktuatif tetapi berisiko ditutup melemah hari ini. Ia memperkirakan rupiah bergerak di rentang Rp16.600-Rp16.650 per dolar AS.
Ibrahim menjelaskan Gedung Putih pada hari Kamis mengonfirmasi bahwa Presiden Donald Trump akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan minggu depan. Hal ini memicu harapan akan mencairnya hubungan perdagangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar dunia ini.
Para trader juga bersikap hati-hati menjelang penundaan rilis indeks harga konsumen (IHK) AS untuk bulan September, sebuah indikator kunci untuk prospek kebijakan Federal Reserve. Pasar memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Fed minggu depan.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada September 2025 tumbuh lebih tinggi. Laporan BI menyebut pertumbuhan M2 pada September 2025 sebesar 8,0 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Agustus 2025 sebesar 7,6 persen (yoy) sehingga tercatat Rp9.771,3 triliun.
Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 10,7 persen (yoy) dan uang kuasi sebesar 6,2 persen (yoy). Kemudian perkembangan M2 pada September 2025 dipengaruhi oleh aktiva luar negeri bersih, penyaluran kredit, dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus).