Israel Tolak Resolusi PBB yang Mengecam Invasi Rusia ke Ukraina

Pemungutan suara majelis umum PBB atas resolusi Ukraina. (Dok. PBB/Manuel Elías)

Israel Tolak Resolusi PBB yang Mengecam Invasi Rusia ke Ukraina

Riza Aslam Khaeron • 25 February 2025 10:43

New York: Israel bergabung dengan Amerika Serikat dan Rusia dalam memberikan suara menolak resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengecam invasi Rusia ke Ukraina. Resolusi ini menyerukan penghormatan terhadap integritas teritorial Ukraina dan menandai peringatan tiga tahun perang yang dimulai sejak 2022.

Melansir Times of Israel (TOI) pada Selasa, 25 Februari 2025, Israel untuk pertama kalinya memberikan suara menentang Ukraina dan mendukung Rusia sejak awal konflik. Sebelumnya, Israel berusaha mempertahankan keseimbangan diplomatik antara dukungan prinsip terhadap Ukraina dan kepentingannya dalam menjaga hubungan dengan Moskow, yang memiliki pengaruh signifikan di Suriah.

Resolusi tersebut tetap diadopsi dengan dukungan mayoritas besar, dengan 93 negara anggota memilih untuk mengutuk invasi Rusia dan menuntut pengembalian wilayah yang diduduki. Namun, Israel bergabung dengan AS, Rusia, Korea Utara, Hungaria, dan 13 negara lainnya yang menolak resolusi ini.

Sementara itu, 65 negara lainnya, termasuk Argentina, Uni Emirat Arab, China, dan Iran, memilih abstain.

Mengutip TOI pada Selasa, 25 Februari 2025, perubahan sikap Israel ini kemungkinan sebagai bentuk pendekatan terhadap Presiden AS Donald Trump. Sejak dilantik pada Januari, Trump menggeser kebijakan luar negeri AS dari sikap pro-Ukraina yang sebelumnya diusung oleh pendahulunya, Joe Biden.

Trump bahkan menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai "diktator" dalam sebuah wawancara pada Rabu, 21 Februari 2025. Pernyataan ini muncul setelah Zelensky menuduh Trump terpengaruh oleh disinformasi Rusia dalam upayanya mengakhiri perang dengan ketentuan yang dinilai menguntungkan Moskow.

Selain itu, dalam wawancara dengan CNN pada Minggu, 23 Februari 2025, utusan khusus Trump, Steve Witkoff, menolak menyalahkan Rusia sebagai satu-satunya pemicu perang dan menyatakan bahwa keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO menjadi pemicu invasi.
 

Baca Juga:
AS Tolak Resolusi PBB yang Desak Rusia Mundur dari Ukraina

Pernyataan ini sejalan dengan klaim Trump sebelumnya yang secara keliru menuduh Ukraina sebagai pihak yang memulai perang dan menyatakan bahwa Zelensky tidak populer di kalangan rakyatnya.

Mengutip laman PBB pada Selasa, 25 Februari 2025, rancangan resolusi yang diajukan Ukraina berjudul "Advancing a comprehensive, just and lasting peace in Ukraine." Dokumen ini menegaskan bahwa "invasi skala penuh oleh Federasi Rusia telah berlangsung selama tiga tahun dan terus memberikan dampak yang menghancurkan bagi Ukraina serta stabilitas global."

Resolusi ini juga menekankan "komitmen terhadap kedaulatan, kemerdekaan, persatuan, dan integritas teritorial Ukraina dalam perbatasan yang diakui secara internasional."

Resolusi ini juga menyerukan "akuntabilitas atas kejahatan yang dilakukan di bawah hukum internasional melalui penyelidikan dan penuntutan yang adil di tingkat nasional dan internasional." Selain itu, terdapat perbedaan signifikan dengan resolusi alternatif yang diajukan AS, yang lebih fokus pada seruan untuk mengakhiri perang tanpa menyebut agresi Rusia secara eksplisit.

AS akhirnya memilih abstain dalam pemungutan suara atas rancangan resolusi yang mereka usulkan sendiri, dan resolusi tersebut gagal disahkan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)