Kekuatan Ekonomi AS Bakal Menyulitkan Joe Biden

Amerika Serikat. Foto: Unsplash.

Kekuatan Ekonomi AS Bakal Menyulitkan Joe Biden

Arif Wicaksono • 29 April 2024 15:16

New York: Pertumbuhan ekonomi Paman Sam dan lapangan kerja, yang secara mengejutkan tetap kuat selama lebih dari setahun, bisa merusak harapan Joe Biden untuk terpilih kembali sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
 

baca juga: 

Kenaikan Utang Nasional AS Bisa Buat Krisis Keuangan


Positifnya data ekonomi AS dan tingginya inflasi bisa membuat pemilih AS enggan menggunakan haknya untuk memilih Joe Biden. Ekonom Bloomberg Economics Stuart Paul menuturkan Biden tak menyadari manfaat dari pertumbuhan yang pesat ini.

"Karena hal ini mengakibatkan tingginya inflasi dan suku bunga. Ketahanan ekonomi ini merupakan masalah bagi Biden.” tegas dia, dilansir Business Insider, Senin, 29 April 2024.

Laporan ini muncul pada saat yang berbahaya bagi kampanye Joe Biden. Masyarakat Amerika sudah merasa buruk dengan kondisi perekonomian. Penelitian menunjukkan para pemilih mulai mengambil keputusan mengenai arah perekonomian sekitar enam bulan sebelum pemilu atau pada saat ini.

Jajak pendapat Bloomberg News/Morning Consult terhadap para pemilih di tujuh negara bagian bulan ini menunjukkan lebih dari setengahnya memperkirakan perekonomian akan menjadi lebih buruk pada akhir tahun ini. Setidaknya separuh pemilih mengatakan mereka memperkirakan tingkat inflasi dan biaya pinjaman akan meningkat lebih tinggi dari sekarang.

Akibatnya, tim kampanye Biden sebagian besar telah menghentikan penggunaan merek "Bidenomics" yang digunakan untuk menjelaskan alasan ekonomi bagi Biden untuk dipilih kembali dan menekankan isu-isu seperti hak aborsi dan perlindungan demokrasi.

Inflasi masih tinggi saat ekonomi menurun

Kampanye kenaikan suku bunga yang agresif oleh Federal Reserve AS tampaknya akhirnya berhasil menurunkan inflasi. Setelah mencapai puncaknya di atas tujuh persen pada Juni 2022, ukuran harga favorit bank sentral, indeks pengeluaran konsumsi pribadi, atau PCE, anjlok hingga 2,4 persen dalam 12 bulan hingga Januari.

Hebatnya, penurunan inflasi terjadi tanpa merusak pertumbuhan atau lapangan kerja. PDB melampaui semua prediksi dengan meningkat sebesar 2,5 persen pada 2023, dan pengangguran mengejutkan para analis dengan tetap berada di bawah empat persen.

Data terkini menunjukkan PDB umum turun menjadi 1,6 persen, namun hal ini sebagian disebabkan oleh penurunan persediaan dan kesenjangan perdagangan yang lebih besar. Para ekonom dengan cepat menunjukkan metrik permintaan yang lebih mendasar, yang tidak mencakup persediaan, perdagangan dan belanja pemerintah, meningkat pada kecepatan yang sehat yaitu sebesar 3,1 persen.

Data terbaru menunjukkan PCE inti, tidak termasuk pangan dan energi yang mudah berubah arah, naik sebesar 3,7 persen secara tahunan pada kuartal pertama, yang merupakan percepatan pertama dalam satu tahun.

Data lebih rinci mengenai inflasi terbaru menegaskan pandangan tekanan inflasi masih berlanjut, menghilangkan harapan Federal Reserve akan segera menurunkan suku bunga dan dengan demikian upaya menurunkan biaya pinjaman untuk rumah tangga dan bisnis semakin berat bagi Joe Biden.

"Penurunan inflasi dan suku bunga akan berdampak baik bagi pemilih dan Presiden Biden. Tetapi hal yang membuat The Fed menurunkan suku bunga adalah data ekonomi yang buruk," tegas Stuart.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)