?Suasana lalu lintas di kawasan Tugumuda Semarang. (Metrotvnews.com/ Dhana Kencana) (Dhana Kencana)
Whisnu Mardiansyah • 4 November 2025 11:48
Semarang: Di antara hiruk-pikuk kendaraan dari Simpang Lima menuju Kota Lama, aroma masakan menggoda dari berbagai sudut kota. Kuliner Semarang bukan sekadar pemuas selera, melainkan kisah panjang tentang tradisi, warisan budaya, dan ketekunan warga yang mempertahankan cita rasa puluhan tahun.
Sebagai ibu kota Jawa Tengah, Semarang menyimpan banyak kuliner legendaris yang menjadi kebanggaan. Sebagian merupakan warisan lintas generasi, sebagian lagi berkembang menjadi ikon pariwisata kuliner. Berikut sepuluh kuliner legendaris yang wajib dikunjungi di Kota Atlas.
 
Kunjungan ke Semarang terasa kurang lengkap tanpa mencicipi lumpia. Lumpia Gang Lombok diyakini sebagai tempat kelahiran lumpia legendaris kota ini. Berdiri di kawasan Pecinan, gang sempit di Jalan Gang Lombok Nomor 11 menjadi saksi sejarah kuliner yang bertahan lebih dari seabad.
Perpaduan isian rebung muda gurih dengan udang atau ayam, dibungkus kulit tipis renyah, mencerminkan harmoni budaya Tionghoa dan Jawa. Sejak pagi, antrean pengunjung sudah mengular. Banyak wisatawan rela datang jauh hanya untuk membeli beberapa potong lumpia yang digoreng langsung di depan mata.

Lumpia Gang Lombok. Instagram: @jastip_cyntia
Masih tentang lumpia, Loenpia Mbak Lien di Gang Grajen, Jalan Pemuda, menawarkan variasi modern seperti isi kepiting, jamur, dan udang spesial. Meski menghadirkan inovasi, cita rasa tradisional tetap terjaga.
Kedai ini dikelola generasi penerus keluarga pembuat lumpia yang mempertahankan resep sejak masa kolonial. Suasana hangat dan aroma menggugah selera menjadikannya destinasi favorit wisatawan lokal maupun mancanegara.
Di Jalan Plampitan Nomor 54, warung sederhana "Tahu Gimbal Lumayan Pak Man" menjadi legenda kuliner rakyat Semarang. Hidangan terdiri dari tahu goreng, lontong, tauge, dan gimbal (udang goreng tepung) disiram bumbu kacang dengan aroma petis khas.
Keistimewaan terletak pada saus kacang yang dibuat segar setiap hari dan gimbal yang selalu renyah. Warung ini buka siang hari dan sering tutup lebih cepat karena stok habis.
Kawasan Bangkong tak hanya terkenal karena lalu lintas padat, tetapi juga Soto Bangkong yang berdiri sejak 1950-an. Soto ini menawarkan kuah bening gurih dengan potongan ayam kampung, tauge, dan taburan bawang goreng.
Meski kini memiliki cabang di beberapa tempat, rasa sotonya tetap sama. Banyak pejabat dan tokoh nasional singgah ke sini saat berkunjung ke Semarang.
Di kawasan Kota Lama, aroma manis kelapa panggang menyeruak dari toko Wingko Babat Cap Kereta Api di Jalan Cendrawasih Nomor 14. Kue tradisional berbahan kelapa, gula, dan ketan ini menjadi oleh-oleh wajib wisatawan.
Nama "Cap Kereta Api" berasal dari lokasinya yang dulu dekat Stasiun Tawang, sehingga mudah diingat penumpang kereta. Proses pemanggangan tradisional menggunakan bara arang tetap dipertahankan.

Sumber: Instagram @wingkobabadkeretaapi
Bandeng presto menjadi kebanggaan kuliner Semarang berikutnya. "Bandeng Juwana Elrina" di Jalan Pandanaran Nomor 57 menawarkan bandeng presto tulang lunak empuk dengan aroma rempah kuat.
Sebagai pionir bandeng presto kemasan, toko ini kini juga menjual aneka camilan khas Semarang. "Kunci keempukan ada pada proses presto yang tepat dan pemilihan bandeng segar," jelas pemilik Bandeng Juwana, Jumat, 7 November 2025.
Tak jauh dari Stasiun Poncol, warung Mie Kopyok Pak Dhuwur di Jalan Tanjung Nomor 18A menyajikan mi kuning dengan air bawang hangat, tahu goreng, tauge, lontong, dan kerupuk gendar. Rasa ringan dan segarnya cocok untuk sarapan.
Kesederhanaan menjadi daya tarik utama warung yang telah puluhan tahun beroperasi ini. Pengunjung setia terdiri dari pekerja kantoran dan mahasiswa.
Untuk camilan sore, Tahu Pong Karangsaru di Jalan Pringgading Raya Nomor 11D menawarkan tahu kopong renyah yang disajikan dengan acar lobak dan sambal kecap pedas. Warung yang berdiri sejak 1949 ini masih dikelola generasi ketiga.
Nuansa jadul yang dipertahankan menjadi daya tarik tersendiri. "Tekstur kopong didapat dari teknik penggorengan khusus yang telah turun-temurun," tutur pengelola.
Meski berasal dari Pati, nasi gandul telah menjadi bagian penting kuliner Semarang. Nasi Gandul Pak Memet di Jalan Dr Cipto Nomor 12 menghidangkan kuah kental manis-gurih dengan potongan daging sapi empuk dan aroma rempah kuat.
Warung sederhana ini buka sore hingga malam, menjadi pilihan tepat untuk makan malam. Semangkuk nasi gandul terasa menenangkan di tengah dinginnya udara malam Semarang.
Terakhir, Asem-asem Koh Liem di Jalan Karang Anyar Nomor 28 menyuguhkan asem-asem daging dengan perpaduan cita rasa Jawa manis dan Tionghoa asam segar. Kuah bening, daging sapi lembut, dan aroma bawang putih menjadi ciri khas.
Koh Liem mulai berjualan puluhan tahun lalu, dan generasi penerus tetap mempertahankan cita rasa asli. Warung ini ramai dikunjungi warga lokal maupun wisatawan yang mencari rasa "rumah".
Kuliner Semarang adalah tentang kenangan dan ketulusan para peraciknya. Di setiap suapan tersimpan kisah perjuangan menjaga warisan rasa di tengah arus modernisasi. Setiap kunjungan ke Semarang bagai perjalanan waktu, mengajak kita kembali melalui cita rasa yang tak lekang waktu.
*Pengerjaan artikel berita ini melibatkan peran kecerdasan buatan (artificial intelligence) dengan kontrol penuh tim redaksi.