Rupiah. Foto: Metrotvnews.com/Husen.
M Ilham Ramadhan Avisena • 4 April 2025 11:59
Jakarta: Ekonom senior Didin S. Damanhuri memperingatkan dampak serius dari kebijakan tarif tinggi Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia. Pemerintah diminta segera bersikap untuk menghindari krisis ekonomi yang lebih dalam.
Kebijakan perang tarif yang diluncurkan Amerika Serikat dinilai akan menambah beban ekonomi Indonesia. Indonesia diketahui menjadi salah satu negara yang dikenai tarif tinggi oleh AS, yakni sebesar 32 persen.
Didin menilai, kondisi ini bisa membawa Indonesia ke dalam krisis multidimensi jika tak segera diantisipasi. "Dampaknya sudah mulai terasa. Rupiah saat ini menyentuh Rp16.700 per USD dan bukan tidak mungkin dalam waktu dekat bisa tembus Rp17.000," kata Didin seperti dikutip pada Jumat, 4 April 2025.
Ia menilai, depresiasi rupiah tersebut bisa memicu rentetan krisis, termasuk gelombang PHK massal. Menurut Didin, banyak perusahaan besar yang berorientasi ekspor maupun bergantung pada komponen impor dolar AS berpotensi bangkrut. "Pilihan rasional bagi korporasi saat ini adalah melakukan PHK besar-besaran," terang dia.
Situasi ini, tambahnya, tidak akan berhenti pada perusahaan besar saja. UMKM yang memiliki rantai pasok dengan perusahaan besar juga akan terdampak. "Akan terjadi efek domino ke belakang dan ke depan dalam ekosistem usaha," jelas dia.
Didin juga mengingatkan bahwa penerimaan pajak negara sudah menurun sekitar 30 persen, dan daya beli masyarakat pun anjlok. "Data mudik terakhir menunjukkan penurunan jumlah pemudik dan perputaran uang hingga 24 persen. Ini sinyal jelas melemahnya konsumsi masyarakat," jelas dia.
Selain itu, pesimisme ekonomi melanda berbagai sektor, termasuk pemerintah pusat dan daerah. "Jika tidak diatasi, situasi ini bisa memicu meningkatnya kriminalitas, yang bahkan saat ini pun sudah mulai meresahkan," kata Didin.
Baca juga: Presiden Komisi Eropa Benci Trump, Tarifnya Bisa Hancurkan Ekonomi Dunia! |