Tak Sekadar Turunkan Suku Bunga, Perbankan Juga Harus Cerdas Kelola Dana

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Tak Sekadar Turunkan Suku Bunga, Perbankan Juga Harus Cerdas Kelola Dana

Ade Hapsari Lestarini • 12 September 2025 13:30

Jakarta: Tren penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia memberi angin segar bagi sektor perbankan. Peluang ini bisa dimanfaatkan oleh perbankan untuk menurunkan biaya dana, terutama dari dana yang pada akhirnya akan berdampak terhadap profitabilitas.

Peluang lebih besar akan dirasakan oleh bank yang sejak awal telah menerapkan strategi manajemen risiko yang cermat, seperti PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (BWS). Kondisi ini menjadi momentum untuk mengakselerasi efisiensi biaya dana dan mempertahankan profitabilitas.

Bank Woori Saudara mengelola eksposur terhadap risiko pasar, khususnya risiko suku bunga, melalui penyusunan portofolio yang mengacu pada struktur jangka waktu, jenis bunga (tetap atau mengambang), dan konsentrasi mata uang. Salah satu bukti efektivitas pengelolaan tersebut terlihat pada penurunan rata-rata bunga efektif liabilitas yang diterima.

Berdasarkan laporan keuangan semester I-2025, untuk pinjaman dalam mata uang rupiah, BWS mencatatkan penurunan dari 8,58 persen pada akhir 2024 menjadi 8,09 persen pada semester I-2025. Sementara itu, untuk pinjaman dalam valuta asing, bunga efektif turun tajam dari 6,18 persen menjadi 5,36 persen pada periode yang sama.

Analis Phillip Sekuritas Edo Ardiansyah menilai penurunan rata-rata bunga pinjaman yang diterima BWS menandakan efisiensi struktural yang mulai membaik. "Ini bukan hanya soal bunga acuan yang turun, tapi juga kemampuan bank untuk mengelola ekspektasi kreditur dan menegosiasi ulang skema pinjaman. BWS tampaknya cukup cepat merespons kondisi pasar," ujar dia, Jumat, 12 September 2025.


Ilustrasi. Foto: Freepik
 

Baca juga: Alasan Menkeu Purbaya Guyur Perbankan Rp200 Triliun
 

Peluang efisiensi biaya


Dalam laporan keuangan semester I-2025 terutama dalam catatan manajemen risiko, BWS menyatakan struktur liabilitas dikelola dengan prinsip kehati-hatian dan sensitivitas terhadap perubahan suku bunga pasar. Portofolio pinjaman dibagi antara bunga tetap dan mengambang, dengan perhatian khusus pada jangka waktu dan profil jatuh tempo.

"Strategi ini mampu memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan beban bunga, tanpa mengorbankan stabilitas likuiditas," ujar dia.

Menurut dia, peluang efisiensi biaya dana melalui penyesuaian bunga pinjaman tetap terbuka lebar yang pada akhirnya berdampak ositif terhadap margin bunga bersih (NIM). Terlebih jika tren suku bunga rendah berlanjut, maka ruang ekspansi BWS secara selektif bisa ditingkatkan, terutama pada segmen kredit produktif.

"Bank seperti BWS yang memiliki fleksibilitas dana dari sisi pinjaman eksternal, sangat mungkin memanfaatkan siklus ini untuk memperbaiki struktur margin secara keseluruhan," tambah Edo.

Sejak tahun lalu, Bank Indonesia telah lima kali menurunkan suku bunga acuan dengan total sebesar 125 bps hingga menjadi lima persen pada Agustus 2025. Transmisi kebijakan moneter ini diharapkan dapat mendorog pemulihan ekonomi lebih cepat di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global.

"Dalam konteks pemulihan ekonomi dan strategi jangka menengah, penurunan beban bunga ini diharapkan menjadi fondasi yang memperkuat bottom line BWS pada periode berikutnya. Pasar pun akan mencermati bagaimana efisiensi ini dapat dioptimalkan menjadi pertumbuhan kredit yang sehat dan berkelanjutan," kata dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)