Presiden AS Donald Trump saat bersama Presiden Tiongkok Xi Jinping. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 26 October 2025 10:56
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan ingin melibatkan Tiongkok untuk membantu menangani sekutunya, Rusia, di tengah upaya Washington mengakhiri perang di Ukraina.
Melansir dari The New Daily, Minggu, 26 Oktober 2025, Trump meninggalkan AS untuk melakukan kunjungan lima hari ke Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan. Ini merupakan perjalanan pertamanya ke kawasan Asia sekaligus yang terpanjang sejak kembali menjabat pada Januari lalu.
Pemimpin Partai Republik itu berharap dapat mengamankan kesepakatan perdagangan, mineral penting, serta gencatan senjata sebelum menghadapi tantangan terbesarnya: pertemuan langsung dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada Kamis mendatang di Busan, Korea Selatan.
Dalam pernyataannya kepada wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One, Trump mengatakan, “Saya ingin Tiongkok membantu kami menghadapi Rusia,” sambil menyinggung perang yang masih berkecamuk di Ukraina.
Trump juga berupaya mempertahankan capaian utama kebijakan luar negerinya di masa jabatan kedua, yakni gencatan senjata rapuh yang ia bantu wujudkan dalam konflik Israel–Gaza, di tengah perang Rusia–Ukraina yang berlanjut dan ketegangan dagang dengan Tiongkok yang belum mereda.
Washington dan Beijing saling menaikkan tarif ekspor dan mengancam memutus perdagangan di sektor mineral penting serta teknologi strategis. Gedung Putih mengumumkan perjalanan ini pada Kamis waktu setempat, namun rincian termasuk jadwal pasti pertemuan Trump–Xi masih bisa berubah.
Sumber yang mengetahui pembicaraan itu mengatakan kedua pihak tidak berharap ada terobosan besar yang dapat mengembalikan kondisi perdagangan seperti sebelum Trump kembali menjabat. Fokus utama adalah mengelola perbedaan dan mencari perbaikan kecil.
Kesepakatan sementara dapat mencakup pelonggaran terbatas terhadap tarif, perpanjangan tarif yang berlaku, atau komitmen Tiongkok membeli produk AS seperti kedelai dan pesawat Boeing — janji serupa yang pernah dilanggar Beijing dalam kesepakatan tahun 2020.
Sebagai imbalan, Washington dapat melonggarkan ekspor chip komputer kelas atas ke Tiongkok, sementara Beijing bisa mengendurkan kontrol atas ekspor magnet tanah jarang yang selama ini memicu kemarahan Trump. Namun, bukan tak mungkin pembicaraan berakhir tanpa hasil.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut pertemuan Trump–Xi hanya akan berbentuk “pull-aside” tanpa agenda resmi. Meski demikian, Trump mengatakan pertemuan itu akan “cukup panjang” untuk membahas berbagai pertanyaan dan isu yang menggantung di antara kedua negara. Tiongkok sejauh ini belum mengonfirmasi rencana pertemuan tersebut.