Peta Kabupaten Malang. (Pinterest)
Silvana Febiari • 28 November 2025 11:35
Jakarta: Setiap tanggal 28 November, Kabupaten Malang memperingati hari jadinya sebagai momentum penting yang merefleksikan perjalanan panjang wilayah ini sejak masa kerajaan kuno hingga menjadi daerah modern. Awal berdirinya Kabupaten Malang ini tak lepas dari jejak sejarah salah satu kerajaan tertua di Jawa Timur, yakni Kerajaan Kanjuruhan.
Kerajaan Kanjuruhan merupakan salah satu kerajaan tertua di Jawa Timur yang memiliki peran penting dalam perkembangan peradaban di wilayah Malang. Berdiri sekitar abad ke-8 Masehi, kerajaan ini tercatat dalam prasasti dan berbagai sumber sejarah sebagai pusat pemerintahan yang maju, terutama pada masa kepemimpinan Raja Gajayana.
Awal Berdirinya Kerajaan Kanjuruhan
Melansir dari Wikipedia, sejarah Kanjuruhan banyak merujuk pada Prasasti Dinoyo yang berangka tahun 760 Masehi. Pada masa itu, Malang dikenal sebagai daerah yang subur dan strategis, sehingga berkembang menjadi pusat kegiatan
politik, ekonomi, dan kebudayaan.
Berdasarkan Prasasti Dinoyo, disebutkan seorang raja yang bernama "Dewasimha", memerintah keratonnya yang amat besar yang disucikan oleh api Sang Siwa. Raja Dewasimha mempunyai putra bernama "Liswa", yang setelah memerintah menggantikan ayahnya menjadi raja bernama Gajayana, bergelar Gajayanalingga Jagatnata.
Pada masa pemerintahan Raja Gajayana, Kerajaan Kanjuruhan berkembang pesat, baik pemerintahan, sosial, ekonomi maupun
seni budaya. Dengan sekalian para pembesar negeri dan segenap rakyatnya, Raja Gajayana membuat tempat suci pemujaan yang sangat bagus guna memuliakan Resi Agastya. Sang raja juga menyuruh membuat arca sang Resi Agastya dari batu hitam yang sangat elok, sebagai pengganti arca Resi Agastya yang dibuat dari kayu oleh nenek Raja Gajayana.
Dibawah pemerintahan Raja Gajayana, rakyat merasa aman dan terlindungi. Kekuasaan kerajaan meliputi daerah lereng timur dan barat Gunung Kawi. Ke utara hingga pesisir laut Jawa. Keamanan negeri terjamin. Tidak ada peperangan. Jarang terjadi pencurian dan perampokan, karena raja selalu bertindak tegas sesuai dengan hukum yang berlaku. Dengan demikian rakyat hidup aman, tenteram, dan terhindar dari malapetaka.
Raja Gajayana hanya mempunyai seorang putri, bernama "Uttejana", seorang putri pewaris tahta Kerajaan Kanjuruhan. Ketika dewasa, ia dijodohkan dengan seorang pangeran dari Paradeh bernama "Pangeran Jananiya". Pangeran Jananiya bersama Permaisuri Uttejana, memerintah kerajaan Kanjuruhan ketika sang Raja Gajayana mangkat.
Seperti para leluhurnya, mereka berdua memerintah dengan penuh keadilan. Rakyat Kanjuruhan semakin mencintai rajanya. Demikianlah, secara turun-temurun Kerajaan Kanjuruhan diperintah oleh raja-raja keturunan Raja Dewa Singha. Semua raja itu terkenal akan kebijaksanaannya, keadilan, serta kemurahan hatinya.
Keberadaan Kerajaan Kanjuruhan
Kerajaan Kanjuruhan berada dan berdiri di lembah antara Sungai Brantas dan Kali Metro di lereng sebelah timur Gunung Kawi, yang jauh dari jalur perdagangan pantai atau laut. Kanjuruhan yang terletak di pedalaman Pulau Jawa terkenal dengan daerah agraris, dan di daerah agraris semacam itulah muncul pusat-pusat aktivitas kelompok masyarakat yang berkembang menjadi pusat pemerintahan.
Sejak awal abad masehi, agama Hindu dan Buddha yang menyebar di seluruh kepulauan Indonesia bagian barat dan tengah, pada sekitar abad ke 6 dan 8 Masehi menyebar sampai di daerah pedalaman Jawa bagian timur dan mendapati bukti-bukti tertua tentang adanya aktivitas pemerintahan kerajaan yang bercorak Hindu di Jawa bagian timur khususnya di wilayah Malang. Bukti itu adalah prasasti Dinoyo yang ditulis pada tahun Saka 682 (760M).

Letak pusat kerajaan Kanjuruhan. (Wikipedia)
Arti Kanjuruhan
Dilansir dari
website Kelurahan Sumbersari Malang, Nama Kanjuruhan sendiri berasal dari kata Juruh yang artinya getah enau. Pemberian nama Kanjuruhan memiliki latar simbolik, bahwa kerajaan yang dipimpin oleh Limwa atau Gajahyana itu memiliki kaitan dengan kerajaan Bogor Pradah (pohon enau bersalut emas) milik ayahandanya yakni Dewa simha yang situs pen-dharma-annya terletek di dusun Bogor Pradah, Desa Siman, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri.
Dijadikan Hari Jadi Kabupaten Malang
Pemerintah Kabupaten Malang menetapkan tahun berdirinya Kerajaan Kanjuruhan, yaitu 760 Masehi, sebagai dasar Hari Jadi Kabupaten Malang, yang diperingati setiap 28 November. Penetapan ini mencerminkan penghargaan terhadap akar sejarah sekaligus memperkuat jati diri masyarakat Kabupaten Malang sebagai pewaris peradaban Kanjuruhan.
Peringatan hari jadi ini juga menjadi momentum untuk melestarikan kebudayaan lokal melalui berbagai kegiatan seperti kirab budaya, pameran sejarah, dan festival seni tradisional. Penetapan tersebut diharapkan meningkatkan kesadaran publik terhadap pentingnya menjaga situs-situs sejarah seperti Candi Badut dan peninggalan arkeologis lainnya.