Ilustrasi rupiah. Foto: MI/Tri.
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu dibuka menurun.
Pada awal perdagangan Rabu pagi, rupiah melemah 15 poin atau 0,10 persen menjadi Rp15.451 per USD dari sebelumnya sebesar Rp15.436 per USD.
Sementara itu, pemulihan USD yang moderat dari level terendah sejak Januari yang tercapai pada Selasa pagi, bersama dengan sentimen risiko yang positif, menekan laju rupiah.
Meskipun demikian, penerimaan pasar yang semakin besar bahwa Fed akan memulai siklus pelonggaran kebijakan pada bulan September, di tengah tanda-tanda pendinginan inflasi, dapat membatasi kenaikan nilai USD.
Selain itu, risiko eskalasi ketegangan geopolitik lebih lanjut di Timur Tengah dan perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan mungkin terus memberikan dukungan bagi logam mulia sebagai aset safe-haven.
Para pelaku pasar mengurangi ekspektasi mereka untuk pelonggaran kebijakan yang lebih agresif oleh Fed setelah laporan Penjualan Ritel yang positif untuk Juli yang dirilis minggu lalu mengurangi kekhawatiran tentang kemungkinan resesi di ekonomi terbesar dunia tersebut.
Siklus penurunan suku bunga
Sementara itu, Alat FedWatch dari CME Group menunjukkan kemungkinan yang lebih besar, Fed akan memulai siklus pelonggaran kebijakan pada pertemuan September dan menurunkan biaya pinjaman lebih dari 200 basis poin hingga akhir 2025.
Lebih lanjut, Presiden Fed San Francisco, Mary Daly, meredakan kekhawatiran tentang perlambatan tajam ekonomi AS, meskipun ia mengatakan bank sentral AS perlu mengambil pendekatan bertahap menuju penurunan biaya pinjaman.
Investor mengawasi potensi pengungkapan mengenai penurunan suku bunga The Fed di masa depan, karena sentimen umum seputar pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell yang akan datang pada pertemuan Jackson Hole yang dimulai pada Kamis.