Bendera Turki. Foto: Freepik
Annisa Ayu Artanti • 28 December 2024 15:29
Ankara: Bank sentral Turki mengumumkan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 250 basis poin (bps) menjadi 47,5 persen, yang merupakan pemangkasan pertama dalam hampir dua tahun terakhir.
Langkah ini diambil setelah sebelumnya bank sentral mempertahankan suku bunga pada level tinggi selama berbulan-bulan.
Melansir Xinhua, Sabtu, 28 Desember 2024, dalam pernyataan resminya, Komite Kebijakan Moneter bank sentral menyebut keputusan tersebut didasarkan pada tren inflasi yang melandai.
“Tren inflasi secara keseluruhan datar pada November dan diperkirakan menurun pada Desember,” ujar komite dalam pernyataannya.
Selain itu, permintaan domestik yang melambat juga menjadi faktor pertimbangan.
Namun, keputusan ini menuai reaksi beragam dari para ekonom.
Pendapat beragam dari pakar ekonomi
Profesor keuangan dari Universitas Baskent Ankara, Senol Babuscu, menyebut langkah ini sebagai kebijakan yang sesuai dengan ekspektasi.
“Pemangkasan sebesar 250 bps adalah awal yang masuk akal. Kami mungkin akan melihat pemangkasan lanjutan dalam beberapa bulan ke depan,” ungkap dia.
Sementara itu, mantan kepala ekonom bank sentral dan akademisi Universitas Bilkent Ankara, Hakan Kara, melalui media sosial X menyebut kebijakan ini sebagai langkah “seimbang” di tengah kondisi ekonomi saat ini.
Namun, beberapa ekonom berpendapat pemangkasan tersebut terlalu dini. Mustafa Sonmez, ekonom independen yang berbasis di Istanbul, menilai inflasi inti masih terlalu tinggi untuk memulai siklus pelonggaran.
“Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan disinflasi menjadi tantangan utama,” kata Sonmez.
Pandangan serupa diutarakan Emre Alkin, profesor ekonomi dari Universitas Topkapi Istanbul. Dalam blog pribadinya, Alkin menulis bahwa disinflasi tidak dapat dicapai hanya dengan mengurangi daya beli masyarakat, melainkan dengan mendorong perilaku menabung.
Kenaikan upah minimum
Pemangkasan suku bunga ini terjadi setelah pemerintah Turki pada Selasa lalu, mengumumkan kenaikan upah minimum sebesar 30 persen untuk 2025, yang berdampak pada sekitar sembilan juta pekerja. Meski demikian, serikat pekerja menyatakan ketidakpuasan, mengingat kenaikan ini jauh di bawah tuntutan mereka yang mencapai 50 persen.
Turki telah menghadapi inflasi yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Pada Mei 2024, inflasi tahunan tercatat di atas 75 persen, namun berhasil ditekan hingga 47,09 persen pada November berkat serangkaian kebijakan disinflasi. Meski demikian, angka ini masih jauh dari target.
Langkah pemangkasan suku bunga juga dipandang sebagai respons terhadap keluhan dunia usaha mengenai tingginya biaya pinjaman. Ketua Asosiasi Pengusaha dan Industri Independen, Mahmut Asmali, sebelumnya mendesak pemerintah untuk memulai siklus pelonggaran guna meringankan beban ekonomi pelaku usaha.
Meski mendapatkan dukungan dari kalangan pengusaha, beberapa analis memperingatkan kebijakan ini berisiko menambah ketidakpastian ekonomi di tengah tantangan inflasi yang masih tinggi. (Suchika Julian Putri)