Rupiah Fluktuatif Hari Ini, Ditutup Rp16.300-an

Ilustrasi rupiah. Metrototvnews.com/Eko Nordiansyah

Rupiah Fluktuatif Hari Ini, Ditutup Rp16.300-an

Eko Nordiansyah • 3 June 2025 16:24

Jakarta: Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan sore ini bervariasi. Rupiah melemah di Bloomberg, namun sedikit menguat dibandingkan perdagangan kemarin.

Mengacu data Bloomberg, Selasa, 3 Mei 2025, rupiah melemah 55,7 poin atau 0,34 persen ke posisi Rp16.308,7 per USD dibandingkan sebelumnya di posisi Rp16.275 per USD.

Sementara berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah malah menguat tujuh poin atau 0,04 persen menjadi Rp16.285 per USD dibandingkan sebelumnya di posisi Rp16.292 per USD.

Sedangkan berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (disingkat Jisdor), mata uang Garuda ini terpantau berada di posisi Rp16.288 per USD, menguat dibandingkan kemarin sebesar Rp16.297 per USD.

Rupiah diproyeksi fluktuatif

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali menguat.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.200 per USD hingga Rp16.250 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis harian.
 
Baca juga: 

Harga Emas Dunia Lagi-lagi Curi Kilau Dolar AS



(Ilustrasi. Foto: Dok MI)

Ibrahim mengungkapkan, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh sentimen kekhawatiran akan eskalasi perang dagang AS-Tiongkok meningkat setelah Presiden AS Donald Trump menuduh Tiongkok melanggar kesepakatan dagang baru-baru ini, yang ditegur Beijing.

"Pasar juga terguncang oleh kenaikan tarif impor baja dan aluminium Trump, yang membuat investor tidak yakin atas kebijakan AS," tutur dia.

Sementara dari dalam negeri, Ibrahim memandang tren kontraksi Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang terus berlanjut juga turut mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.

Adapun pada Mei 2025. PMI Manufaktur Indonesia tercatat di level 47,4 atau masih di bawah ambang batas normal yakni 50. Namun, angka ini meningkat dibanding bulan sebelumnya sebesar 46,7.

Berdasarkan laporan S&P Global, sektor manufaktur Indonesia terus mengalami penurunan pada pertengahan menuju triwulan kedua dipicu turunnya output dan permintaan baru yang terus melemah sejak April lalu.

"Penurunan permintaan pesanan baru pada Mei 2025 merupakan kondisi terparah dalam waktu hampir empat tahun terakhir yang menyebabkan anjloknya volume produksi," papar Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)