Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi.
Husen Miftahudin • 1 November 2024 16:18
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan menjelang akhir pekan ini mengalami pelemahan, melanjutkan tren negatif sejak pembukaan pagi tadi.
Mengutip data Bloomberg, Jumat, 1 November 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.732 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 34 poin atau setara 0,22 persen dari posisi Rp15.698 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin depan akan kembali mengalami pelemahan.
"Untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.720 per USD hingga Rp15.790 per USD," ujar Ibrahim, dikutip dari analisis hariannya.
Ia pun membeberkan penyebab melemahnya nilai tukar rupiah saat melawan dolar AS hari ini, diantaranya sentimen yang berasal dari eksternal maupun internal.
Belanja konsumen AS meningkat
Data pada Kamis menunjukkan belanja konsumen AS meningkat sedikit lebih banyak dari yang diharapkan pada September, menempatkan ekonomi pada lintasan pertumbuhan yang lebih tinggi menuju tiga bulan terakhir tahun ini.
Inflasi menurut ukuran yang ditargetkan Fed, peningkatan indeks pengeluaran konsumsi pribadi dari tahun ke tahun, adalah 2,1 persen pada September, turun dari 2,3 persen yang direvisi naik pada Agustus, menurut laporan Departemen Perdagangan.
The Fed kemungkinan akan melanjutkan pemotongan biaya pinjaman jangka pendek AS sebesar seperempat poin persentase minggu depan, para pedagang bertaruh pada Kamis, dengan kontrak berjangka menempatkan peluang pemotongan sebesar 25 basis poin minggu depan pada 94,7 persen.
Sementara itu, intelijen Israel mengisyaratkan Iran tengah bersiap menyerang Israel dari wilayah Irak dalam beberapa hari mendatang, mungkin sebelum pemilihan presiden AS pada 5 November.
Serangan itu diperkirakan akan dilakukan dari Irak dengan menggunakan sejumlah besar pesawat nirawak dan rudal balistik, tambah laporan Axios.
(Ilustrasi rupiah. Foto: Medcom.id/Husen)
Indonesia akhirnya alami inflasi
Indonesia pada Oktober 2024 mencatat inflasi sebesar 1,71 persen secara tahunan (yoy) dan 0,08 persen secara bulanan (mtm), mengakhiri tren deflasi lima bulan beruntun. Indeks harga konsumen (IHK) naik ke level 106,01 pada Oktober 2024, dari 105,93 pada September 2024.
Adapun kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi sebesar 0,94 persen dan memberikan andil inflasi 0,06 persen. Sementara itu, komoditas yang dominan mendorong inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan yang memberikan andil inflasi sebsar 0,06 persen.
Sebelumnya, berdasarkan konsensus ekonom yang terhimpun Bloomberg meyakini IHK yang dirilis BPS akan mulai mencatatkan inflasi secara bulanan (mtm) maupun tahunan (yoy). Dari 31 ekonom, nilai tengah proyeksi
inflasi tahunan pada Oktober 2024 adalah 1,66 persen (yoy).
Angka tersebut lebih rendah dari posisi September 2024 yang sebesar 1,84 persen. Proyeksi terendah inflasi tahunan periode tersebut adalah 1,46 persen (yoy), sedangkan tertinggi sebesar 1,8 persen.
Dengan demikian, tidak ada satu pun ekonom yang memprediksikan inflasi tahunan lebih tinggi dari bulan sebelumnya.
"Melihat secara bulanan, nilai tengah proyeksi IHK Oktober 2024 memang mencatatkan inflasi tipis di angka 0,03 persen (mtm). Meski demikian, terdapat sejumlah ekonom yang tergabung dalam konsensus tersebut meramalkan deflasi masih akan terjadi," papar Ibrahim.