Harga Minyak Dunia Tergelincir Imbas Kenaikan Stok di AS

Ilustrasi. Foto: Unsplash.

Harga Minyak Dunia Tergelincir Imbas Kenaikan Stok di AS

Husen Miftahudin • 30 January 2025 09:08

Houston: Harga minyak dunia mengalami penurunan pada perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis WIB), dengan patokan Amerika Serikat (AS) menetap pada level terendah tahun ini.
 
Hal ini terjadi setelah stok minyak mentah domestik di produsen dan konsumen minyak bumi terbesar dunia, AS, naik lebih dari yang diharapkan pada minggu lalu.
 
Mengutip Yahoo Finance, Kamis, 30 Januari 2025, harga minyak mentah Brent ditutup turun 91 sen, atau 1,2 persen, pada USD76,58 per barel. Harga minyak mentah AS turun USD1,15, atau 1,6 persen, menjadi USD72,62, harga penutupan terendah sepanjang tahun ini.
 
Persediaan minyak mentah di AS naik sebesar 3,46 juta barel minggu lalu karena asupan penyulingan merosot untuk minggu ketiga berturut-turut, berdasarkan data Badan Informasi Energi. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan kenaikan sebesar 3,19 juta barel.
 
Gedung Putih pada Selasa menegaskan kembali rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif sebesar 25 persen pada impor dari Kanada dan Meksiko mulai 1 Februari.
 
Perdagangan minyak dalam jangka pendek diperkirakan tetap tidak menentu karena investor mencerna ancaman tarif, sanksi pada distribusi energi dari Rusia, dan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi di negara-negara konsumen utama.
 

Baca juga: Inflasi Menanjak, Fed Terpaksa Tahan Suku Bunga


(Ilustrasi pergerakan harga minyak. Foto: dok ICDX)
 

Fed tahan suku bunga

 
Sementara itu, Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga tetap pada Rabu. The Fed tidak banyak memberi informasi tentang kapan berencana menurunkan biaya pinjaman, yang dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan minyak.
 
Pedagang juga menantikan pertemuan menteri OPEC+ yang dijadwalkan pada 3 Februari, dengan fokus pada rencana kelompok tersebut untuk meningkatkan pasokan mulai April.
 
Trump minggu lalu meminta OPEC+ untuk menurunkan harga minyak. Kelompok tersebut belum memberikan tanggapan, tetapi para delegasi mengatakan perubahan kebijakan tidak mungkin terjadi pada pertemuan di Februari.
 
Kekhawatiran pasokan mereda setelah Perusahaan Minyak Nasional Libya mengatakan aktivitas ekspor berjalan normal setelah mengadakan pembicaraan dengan pengunjuk rasa yang menuntut penghentian pemuatan di salah satu pelabuhan minyak utama negara itu.
 
"Persediaan Libya akan tetap menjadi risiko karena negara tersebut masih terlibat dalam perang saudara, tetapi untuk saat ini, risikonya telah dikurangi untuk sementara," kata analis StoneX, Alex Hodes.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)