Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Husen Miftahudin • 25 July 2023 16:08
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini mengalami penguatan. Berkat langkah Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan di 5,75 persen, mata uang Garuda tersebut pun kembali ke level Rp14 ribuan per USD.
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 25 Juli 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp14.998 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik sebanyak 28 poin atau setara 0,19 persen dari posisi Rp15.026 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Adapun, mata uang Garuda tersebut hari ini bergerak pada rentang Rp14.993 per USD sampai Rp15.015 per USD dengan year to date (ytd) return minus 3,69 persen.
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp14.990 per USD. Rupiah menguat 29 poin atau setara 0,19 persen dari Rp15.019 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.007 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik sebanyak 21 poin dari Rp15.028 per USD di perdagangan sebelumnya.
Ditopang perkiraan ekonomi yang positif
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan, pergerakan rupiah didorong sentimen perkiraan pertumbuhan ekonomi 2023 yang masih akan bertahan di atas konsensus yaitu sebesar 5,1 persen, dimana perkiraan tersebut sejalan dengan hasil produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama 2023 yang lebih kuat dari perkiraan awal.
"Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi terus membaik hingga saat ini karena konsumsi rumah tangga akan terus meningkat di semester kedua 2023. Dengan didorong oleh inflasi yang rendah, aktivitas perekonomian yang kembali normal, serta peningkatan belanja pemilum" papar Ibrahim dalam analisis hariannya.
Di samping itu, lanjut dia, perkiraan rata-rata inflasi 2023 untuk Indonesia menjadi 3,9 persen dari sebelumnya 4,1 persen, dimana hal itu telah mencerminkan inflasi secara ytd yang lebih rendah dari perkiraan, sehingga ekspektasi terkait inflasi makanan akan relatif stabil.
Selain itu, pertumbuhan di kawasan ASEAN dinilai masih tetap sehat meskipun sedikit terjadi perlambatan, hal tersebut dikarenakan belum adanya dampak positif dari dibukanya kembali Tiongkok dari pandemic covid-19. Selain itu perlambatan ekonomi di Tiongkok sangat berdampak terhadap ekonomi di kawasan ASEAN.
"Dengan melambatnya ekonomi global maka, para ekonom telah memperkirakan beberapa perekonomian ASEAN termasuk Vietnam, Indonesia, dan Filipina akan tumbuh lebih dari lima persen di tahun 2023. Sementara Thailand dan Malaysia diperkirakan tumbuh di atas empat persen," jelas Ibrahim.