Ilustrasi. Foto: Dok istimewa
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami penguatan. Rupiah mencoba mengambil momentum saat dolar AS ambruk lagi.
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 3 Juli 2025, rupiah hingga pukul 09.12 WIB berada di level Rp16.216,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 30 poin atau setara 0,18 persen dari Rp16.246,5 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara, data Yahoo Finance mencatat rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.231 per USD. Rupiah terpantau masih datar dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.
Rupiah fluktuatif cenderung melemah
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada perdagangan Kamis akan bergerak secara fluktuatif. Meski begitu kemungkinan besar rupiah akan melemah.
"Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.230 per USD hingga Rp16.300 per USD," jelas Ibrahim.
(Ilustrasi. Foto: Dok MI)
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi oleh meningkatnya taruhan bank sentral AS (Federal Reserve) akan memangkas suku bunga pada September. Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan ia melihat pemangkasan suku bunga yang akan dilakukan The Fed.
Namun, Ketua Fed Jerome Powell sebagian besar mengulangi sikap hati-hati bank sentral dengan menyatakan ketidakpastian atas dampak inflasi dari tarif Trump akan membuat bank sentral tidak memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Di sisi lain, ketidakpastian atas implikasi fiskal dari RUU pemotongan pajak dan belanja yang didukung oleh Trump, yang disetujui dalam pemungutan suara Senat yang sempit pada Selasa.
Sementara itu, posisi utang pemerintah pada akhir tahun anggaran 2024 mencapai Rp10.269 triliun. Kendati mencerminkan besarnya kewajiban negara, namun neraca pemerintah per 31 Desember 2024 mencerminkan posisi keuangan yang solid, dengan total aset Rp13.692,4 triliun, kewajiban Rp10.269,0 triliun, dan ekuitas Rp3.423,4 triliun.
Sedangkan, posisi ekuitas negara sebesar Rp3.423,4 triliun merupakan gambaran kekayaan bersih serta kekuatan fiskal negara dalam menghadapi ketidakpastian dan risiko global yang masih tinggi. Saldo Anggaran Lebih (SAL) per akhir 2024 tercatat sebesar Rp457,5 triliun. Jumlah ini turun tipis dari posisi awal tahun yang sebesar Rp459,5 triliun.
"Penurunan tersebut terjadi seiring pemanfaatan SAL untuk pembiayaan APBN. Meski begitu, level SAL masih memadai. Pos anggaran SAL, berfungsi sebagai penyangga fiskal dalam menghadapi berbagai risiko dan ketidakpastian ke depan," jelas Ibrahim.