Para petani yang mengikuti program PKT Berseri. Foto: dok Pupuk Kaltim.
Husen Miftahudin • 15 July 2025 22:58
Jakarta: PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) merancang model pertanian yang lebih efisien dan ramah lingkungan, sekaligus memberdayakan petani lokal untuk mengelola sumber daya pertanian secara berkelanjutan. Hal ini dilakukan melalui program Pertanian Bulutana Berkelanjutan, Sejahtera, dan Mandiri (PKT Berseri).
Program ini dijalankan di Kelurahan Bulutana, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Wilayah tersebut merupakan dataran tinggi dengan potensi pertanian yang besar, namun masih menghadapi berbagai tantangan mendasar. Sasarannya, pemanfaatan limbah ternak dan pertanian menjadi pupuk kompos organik, sekaligus mendorong diversifikasi pendapatan berbasis agribisnis lokal.
"Program ini representasi komitmen Pupuk Kaltim terhadap pembangunan berkelanjutan, khususnya sektor pertanian pedesaan dengan mengedepankan pendekatan holistik yang menyentuh aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan secara terpadu," jelas Direktur Utama Pupuk Kaltim Gusrizal dikutip dari siaran pers, Selasa, 15 Juli 2025.
Dijelaskan Gusrizal, sepanjang Maret 2024 hingga Februari 2025, program ini telah berhasil mengolah total 34,6 ton limbah kotoran hewan dan lebih dari 1,5 ton limbah pertanian seperti jerami, yang diproses menjadi pupuk organik berkualitas tinggi.
Inovasi ini pun berdampak besar dalam menurunkan emisi gas rumah kaca, serta menekan praktik pembakaran terbuka terhadap limbah pertanian yang selama ini menjadi penyumbang polusi udara dan degradasi lingkungan.
Sementara dari sisi kapasitas produksi pertanian, sebelum program PKT Berseri petani Bulutana hanya mampu menghasilkan rata-rata 3,8 ton padi per hektare. Namun, setelah penerapan teknologi dan metode pertanian ramah lingkungan, produktivitas meningkat hingga 6,3 ton per hektare atau lebih dari 65 persen.
Begitu juga biaya produksi per hektar berhasil ditekan hingga 23,8 persen, dari Rp1,7 Juta menjadi Rp1,3 Juta. Efisiensi ini menjadi kunci dalam memperkuat kemandirian petani, mengurangi ketergantungan terhadap input pertanian eksternal dan memperluas margin keuntungan petani lokal.
"Selain peningkatan hasil produksi, biaya pertanian pun bisa ditekan signifikan oleh petani berkat pemanfaatan kompos dan pestisida nabati hasil produksi mandiri," tandas Gusrizal.
Baca juga: Pupuk Kaltim Rancang TJSL untuk Mendorong Kemandirian Ekonomi Masyarakat |