Emas batangan. Foto: dok Lawnet.vn
Husen Miftahudin • 1 June 2025 08:52
Jakarta: Pergerakan harga emas (XAU/USD) sepanjang pekan ini menunjukkan tekanan yang cukup signifikan, seiring menguatnya selera risiko pasar dan apresiasi dolar Amerika Serikat (AS).
Menurut analis dari Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha, tekanan tersebut utamanya dipicu oleh keputusan pengadilan AS yang membatalkan sejumlah tarif perdagangan, langkah yang secara langsung meningkatkan minat investor terhadap aset berisiko dan mengurangi permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.
Dari sisi fundamental, sambung dia, notulen rapat Federal Reserve periode Mei juga menambah tekanan terhadap harga emas. Meskipun bank sentral AS mengambil pendekatan 'wait and see' terhadap arah suku bunga, kekhawatiran terhadap inflasi dan tingginya tingkat pengangguran tetap menjadi perhatian utama.
"Sikap hati-hati The Fed ini mencerminkan ketidakpastian yang masih menyelimuti arah kebijakan moneter dalam beberapa bulan ke depan," ungkap Andy dikutip dari analisis hariannya, Minggu, 1 Juni 2025.
Dia menjelaskan, ekspektasi pasar yang tetap mengarah pada kemungkinan pemotongan suku bunga pada September menjadi faktor yang membatasi penurunan emas lebih dalam. Selain itu, perkiraan meningkatnya defisit fiskal AS akibat kebijakan pemotongan pajak terbaru juga menambah beban terhadap dolar dan membuka ruang bagi pemulihan harga emas.
"Meskipun tekanan jangka pendek masih ada, faktor ketidakpastian fiskal dan kebijakan The Fed tetap menjadi katalis penting yang menjaga daya tarik emas sebagai aset lindung nilai," ungkap Andy.
Secara teknikal, emas sempat bergerak di bawah tekanan menuju kisaran USD3.300, namun bertahan dari penurunan yang lebih dalam dan menunjukkan formasi konsolidasi di sekitar area support krusial. Andy mencatat meskipun terdapat tekanan sementara, tren jangka menengah masih berada dalam fase bullish.
Baca juga: Cek Harga Emas Antam, UBS, hingga Galeri 24 di Pegadaian Hari Ini |