Ilustrasi. Foto: dok MI.
New York: Dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan pada penutupan perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB).
Mengutip data Yahoo Finance, Rabu, 21 Agustus 2024, indeks dolar, yang mengukur nilai tukar greenback terhadap enam mata uang utama, berada di 101,41, terendah sejak Januari.
Adapun, nilai tukar pound sterling sempat menyentuh level tertingginya dalam lebih dari setahun dan terakhir dibeli pada level USD1,30540.
Sementara terhadap yen, dolar turun sebanyak 0,8 persen di 145,34, dengan para pedagang menantikan penampilan Gubernur Bank Jepang Kazuo Ueda di parlemen pada Jumat, di mana ia akan membahas keputusan bank sentral bulan lalu untuk menaikkan suku bunga.
Kecenderungan BOJ yang agresif telah menyuntikkan volatilitas besar ke pasar karena investor secara agresif membatalkan perdagangan carry yang didanai yen, mengguncang saham secara global.
Tertekan ekspektasi dovish Fed
Ekspektasi hasil Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) yang dovish minggu ini membuat dolar berjuang pada level terendah hampir delapan bulan terhadap euro, yang mencapai puncaknya pada USD1,12775 pada perdagangan Selasa waktu setempat.
Investor saat ini fokus pada taruhan Federal Reserve AS dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang pemotongan
suku bunga yang akan segera terjadi.
Dengan kalender data yang relatif ringan di seluruh ekonomi utama minggu ini, semua mata tertuju pada rilis risalah rapat Fed periode Juli pada Rabu dan pidato Ketua Jerome Powell di Jackson Hole pada Jumat untuk mendapatkan petunjuk tentang prospek suku bunga AS.
Para pembuat kebijakan Fed dalam beberapa hari terakhir mengisyaratkan kemungkinan pelonggaran pada September, mempersiapkan pasar untuk nada yang sama dari Powell dan pembicara lainnya pada pertemuan tahunan para bankir sentral global di Jackson Hole, Wyoming.
"Pasar percaya begitu Fed mulai memangkas suku bunga, mereka akan menjalankan strategi yang dapat diprediksi untuk menguranginya di setiap, atau hampir setiap pertemuan selama 12 bulan ke depan," kata salah satu pendiri DataTrek Research LLC, Nicholas Colas.