Respons Pasar Negatif, Rupiah hanya Menguat Tipis Usai Rilis BI Rate

Ilustrasi rupiah. Foto: MI

Respons Pasar Negatif, Rupiah hanya Menguat Tipis Usai Rilis BI Rate

Annisa Ayu Artanti • 18 December 2024 16:43

Jakarta: Rupiah terpantau menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini, setelah Bank Indonesia menetapkan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate.

Mengacu data Bloomberg, Rabu, 18 Desember 2024, rupiah menguat 3 poin atau 0,02 persen menjadi Rp16.097,5 per USD.

Sementara itu, berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah melemah 26 poin atau 0,16 persen menjadi Rp16.085 per USD.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi menyatakan, pasar merespons negatif terhadap kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen mulai 1 Januari 2025.
 
"Kebijakan ini dinilai tidak membawa perubahan signifikan. Kenaikan tarif PPN akan berdampak besar pada ekonomi Masyarakat, terutama kelompok berpenghasilan rendah," jelas Ibrahim.

 
Baca juga: 

Jelang Rilis BI Rate, Rupiah Bergerak Menguat



Ilustrasi. Foto: MI/Susanto
 

PPN tetap naik untuk sebagian besar kebutuhan mereka


Menurutnya, meskipun pemerintah menyatakan keberpihakan pada masyarakat bawah, kenyataannya PPN tetap naik untuk sebagian besar kebutuhan mereka.

"Tidak hanya itu, saya juga mengkritik perbandingan yang dibuat pemerintah mengenai tarif PPN Indonesia dengan negara-negara seperti Kanada, Tiongkok, dan Brasil. Perbandingan tersebut tidak relevan karena negara-negara tersebut memiliki pendapatan per kapita tinggi dan ekonomi yang stabil," tutur dia.

Di samping itu, rupiah terlihat tidak merespons keputusan Bank Indonesia (BI) yang kembali menahan suku bunga acuan atau BI rate pada level enam persen di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Keputusan ini konsisten dilakukan Bank Indonesia dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024 dan 2025, serta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

"Kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian perekonomian global akibat arah kebijakan Amerika Serikat dan eskalasi ketegangan geopolitik di berbagai wilayah," ujar dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)