Ilustrasi rupiah. Foto: MI/Rommy Pujianto.
Husen Miftahudin • 30 October 2023 16:33
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini akhirnya mengalami penguatan, setelah berhari-hari terus melemah imbas tekanan perkasanya dolar Amerika Serikat (AS).
Mengutip data Bloomberg, Senin, 30 Oktober 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.890 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik 48 poin atau setara 0,30 persen dari posisi Rp15.938 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 48 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 55 poin di level Rp15.890 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.938 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp15.885 per USD. Rupiah menguat sebanyak 49 poin atau setara 0,30 persen dari Rp15.934 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.916 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik 25 poin dari perdagangan di hari sebelumnya di level Rp15.941 per USD.
Baca juga: Rupiah Senin Pagi Menguat ke Rp15.920/USD
Khawatir keputusan suku bunga Fed
Ibrahim mengungkapkan, indeks dolar menguat terhadap mata uang lainnya, mempertahankan sebagian besar kenaikannya dari minggu lalu karena sebagian besar pasar masih khawatir terhadap keputusan suku bunga Fed.
"Imbal hasil Treasury AS juga menguat pada Senin, tapi masih berada dalam jangkauan puncak baru-baru ini," tutur dia.
Selain itu, warga Palestina di Gaza utara melaporkan adanya serangan udara dan artileri yang sengit pada Senin pagi ketika pasukan Israel yang didukung oleh tank-tank menekan wilayah tersebut melalui serangan darat yang mendorong lebih banyak seruan internasional agar warga sipil dilindungi.
Bank of Japan (BOJ) memulai pertemuan kebijakan moneter dua hari pada Senin, memimpin minggu ini yang juga akan melihat keputusan
suku bunga dari Federal Reserve AS dan Bank of England.
"Fokusnya pasar saat ini adalah pada kesimpulan pertemuan BOJ pada hari Selasa, di mana bank sentral diperkirakan akan mengumumkan perubahan lebih terhadap kebijakan pengendalian kurva imbal hasil lebih lanjut, karena bank sentral tersebut bergulat dengan inflasi yang tinggi," jelas dia.
Data terbaru menunjukkan peningkatan kembali inflasi konsumen Jepang, yang menurut para pedagang dapat mendorong BOJ untuk mengurangi kebijakan ultra-longgarnya. Analis juga memperkirakan akan berakhirnya suku bunga negatif bank pada tahun 2024.
"Bank sentral akan mempertahankan suku bunganya, namun kemungkinan akan memberikan sinyal suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama karena bank terus bergerak melawan inflasi yang terlalu panas," urai Ibrahim.