Senin Pagi, Rupiah Makin Tergusur ke Level Rp16.030

Ilustrasi rupiah. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.

Senin Pagi, Rupiah Makin Tergusur ke Level Rp16.030

Husen Miftahudin • 16 December 2024 10:24

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan di awal pekan ini mengalami pelemahan.

Mengutip data Bloomberg, Senin, 16 Desember 2024, rupiah hingga pukul 09.47 WIB berada di level Rp16.030 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 22 poin atau setara 0,13 persen dari Rp16.008 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, bank sentral secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, pasar menjadi semakin tidak yakin atas rencana jangka panjangnya untuk suku bunga, terutama karena data minggu ini menunjukkan inflasi AS tetap tinggi.

"The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga dengan kecepatan yang lebih lambat pada 2025 setelah memangkas suku bunga sebesar 75 bps sejauh ini pada 2024," ujar Ibrahim dikutip dari analisis hariannya.

Menurut dia, kebijakan ekspansif dan inflasi di bawah Presiden terpilih Donald Trump juga diperkirakan akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka panjang. Selain Fed, keputusan suku bunga di Jepang dan Inggris juga akan menjadi fokus minggu depan.


(Ilustrasi, kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)

Selain itu, investor kecewa dengan serangkaian langkah stimulus agresif setelah pembaruan dari Konferensi Kerja Ekonomi Pusat (CEWC) Tiongkok, pertemuan dua hari yang berakhir pada Kamis.

Sebuah pernyataan media pemerintah menunjukkan Tiongkok telah berjanji untuk meningkatkan defisit anggarannya, meningkatkan penerbitan utang, dan melonggarkan kebijakan moneter untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi di tengah ketegangan perdagangan yang diantisipasi dengan AS.

Namun, pasar melihat kebijakan tersebut tidak mungkin memberikan momentum ekonomi langsung yang dibutuhkan untuk melawan tekanan deflasi Tiongkok. Di CEWC, Beijing menetapkan target untuk pertumbuhan ekonomi, defisit anggaran, penerbitan utang, dan variabel lain untuk tahun mendatang.

"Target tersebut disetujui pada pertemuan tersebut, tetapi tidak akan dirilis secara resmi hingga pertemuan parlemen tahunan pada Maret mendatang," kata Ibrahim.
 

Baca juga: Rupiah Nyaris Mendarat di Rp16 Ribu/USD
 

Dampak kenaikan PPN


Sementara di dalam negeri, Ibrahim membeberkan dampak kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen yang diproyeksikan mulai berlaku pada 2025. Kebijakan tersebut berpotensi menambah penerimaan negara hingga Rp75 triliun, efeknya terhadap ekonomi makro tidak dapat diabaikan.  

"Risiko terhadap inflasi dan daya beli masyarakat harus diwaspadai. Sebagai contoh, pada 2022 ketika PPN naik menjadi 11 persen, inflasi meningkat hingga 0,95 persen dalam satu bulan. Dampak serupa bisa terjadi, bahkan lebih besar," tutur dia.

Para ekonom memperingatkan potensi efek crowding out pada konsumsi dan investasi. Daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah, kemungkinan besar akan tertekan dan ini bisa berdampak pada penurunan konsumsi rumah tangga yang merupakan motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, pentingnya alokasi yang tepat untuk pendapatan tambahan dari kenaikan PPN. "Pendapatan tersebut harus diarahkan untuk mendukung program-program pro-rakyat, seperti subsidi kesehatan, pendidikan, dan pembangunan infrastruktur dasar," tegas Ibrahim mengingatkan.

Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan kembali melemah.

"Untuk perdagangan Senin ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.070 per USD hingga Rp16.090 per USD," tutup Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)