Ilustrasi rupiah. Foto: MI/Rommy.
Jakarta: Rupiah menguat pada pembukaan perdagangan hari ini. Mata uang rupiah naik di tengah tekanan terhadap mata uang Paman Sam.
Melansir Investing.com, mata uang rupiah naik 0,10 persen ke level Rp15.718 per USD pada pembukaan perdagangan Rabu, 7 Februari 2024. Rupiah sudah melemah 5,75 persen dalam setahun.
Dolar AS masih berada di bawah tekanan pada perdagangan Rabu, setelah turun dari level tertinggi hampir tiga bulan terhadap euro pada sesi sebelumnya dengan penurunan imbal hasil obligasi AS menambah hambatan tersebut.
Para analis menunjuk pada faktor-faktor teknis yang menyebabkan kemunduran dolar, menyusul reli dua hari sebesar 1,4 persen terhadap euro setelah data pekerjaan AS yang kuat secara tak terduga dan retorika yang lebih hawkish dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell menggagalkan spekulasi penurunan suku bunga lebih awal.
Imbal hasil Treasury AS juga turun dari level tertingginya semalam karena permintaan yang kuat pada penjualan obligasi tiga tahun yang baru, menghilangkan beberapa dukungan terhadap dolar.
Indeks dolar AS, yang mengukur mata uang terhadap enam mata uang utama lainnya, termasuk euro, datar di 104,14, menyusul penurunan 0,29 persen pada perdagangan Selasa. Harga telah mencapai level tertinggi sejak 14 November di 104,60 pada perdagangan Senin.
"Dolar AS dapat dimaafkan karena menjadi mata uang utama terlemah pada perdagangan Selasa, karena terlihat seperti kemunduran terhadap pergerakan bullish dua hari antara Jumat dan Senin," kata Analis Pasar Senior di City Index Matt Simpson, dilansir Channel News Asia, Rabu, 7 Februari 2024.
"Tetapi jangan sampai kita melupakan fakta bahwa indeks dolar AS mempertahankan struktur harian yang bullish dan kemunduran dapat menyiapkannya untuk kenaikan berikutnya," kata dia.
Soroti pergerakan suku bunga
Analis dan pedagang menyoroti data CPI AS pada Selasa depan sebagai ujian utama untuk pertaruhan suku bunga.
Para pedagang saat ini memperkirakan peluang pemotongan suku bunga sebesar 19,5 persen pada Maret, menurut FedWatch Tool dari CME Group, atau merosot bila dibandingkan dengan peluang sebesar 68,1 persen pada awal tahun ini.
"Pasar keuangan sedang dalam proses mengkalibrasi ulang ekspektasi mereka terhadap kebijakan Federal Reserve,” kata Dealer Valuta Asing Senior di Convera James Kniveton.