Parade sound horeg di Kabupaten Malang, Jawa Timur/Instagram @blizzard_audio.
Daviq Umar Al Faruq • 14 July 2025 10:46
Malang: Tren sound horeg -sound system berukuran besar dan bertenaga tinggi- di Malang, Jawa Timur, mampu bertahan meski sempat terpukul pandemi covid-19. Komunitas pengusaha rental sound system, tidak hanya bertahan, tetapi berkembang menjadi pusat hiburan rakyat dan penopang ekonomi warga.
David Stefan, Ketua Paguyuban Sound Malang Bersatu, mengatakan, Malang hingga kini dikenal sebagai pusat sound horeg terbesar di Jawa Timur. Selain Malang, tren serupa juga berkembang di Blitar, Banyuwangi, dan Jember.
"Memang di Malang pusatnya, mulai zaman dulu. Banyuwangi lumayan lama, di sana ada event tahunan Sumber Sewu," ucap David, Senin 14 Juli 2025.
Tren penggunaan sound horeg terus berkembang seiring tuntutan masyarakat yang ingin hiburan dengan tampilan lebih menarik. Tidak hanya suara, kini penampilan visual seperti lampu sorot, panggung artistik, hingga videotron menjadi nilai tambah.
"Trennya masih naik terus, karena perkembangan zaman. Dulu saya pengen gimana caranya sound ini kencang, bawanya banyak. Sekarang trennya mulai berubah, mempercantik tampilan, ada lampunya, ada videotron, dan lain-lain," tutur pemilik Blizzard Audio itu.
Meski begitu, David menilai perkembangan
sound horeg sudah mencapai batas maksimal. Infrastruktur jalan di perdesaan yang sempit membuat pelaku usaha tak bisa membawa perangkat yang terlalu besar.
"Apapun bentuknya, kalau saya berpendapat,
sound horeg ini sudah maksimal. Jalan ini tetap itu-itu aja, enggak lebar malah tambah sempit. Jadi ya kita bisanya mempercantik tampilan," kata dia.
David memastikan industri
sound system masih menjadi penopang ekonomi banyak warga. Hingga kini, ribuan pekerja bergantung pada jasa persewaan
sound system di Malang dan sekitarnya.
Dulu, hanya segelintir penyedia
sound system skala besar di wilayah Malang Raya. Kini, David mencatat, setidaknya ada 1.200 usaha serupa dengan sekitar 500 di antaranya berkapasitas besar.
"Pengusaha
sound sekarang tambah banyak, nggak tambah sedikit. Berarti kan memang roda perputaran ekonominya bagus," ungkapnya.
Sejarah Paguyuban Sound System di Malang
Pandemi covid-19 sempat membuat sektor hiburan rakyat di Malang Raya lumpuh total. David bercerita, saat itu ratusan pengusaha rental
sound kehilangan mata pencaharian karena kegiatan hajatan dan konser dilarang.
Melihat situasi tersebut, David menginisiasi pertemuan para pengusaha
sound system untuk mencari solusi agar bisa tetap bekerja. Hingga kemudian Paguyuban Sound Malang Bersatu didirikan pada 2020.
"Berdirinya 2020 waktu covid-19. Dulu kan berdirinya paguyuban itu gara-gara covid-19. Waktu covid-19 awal-awal kan enggak bisa kerja, teman-teman itu enggak bisa kerja,
sound-sound itu enggak bisa kerja," kata David.
Pada awal berdirinya paguyuban, David dan kawan-kawan langsung bergerak. Mereka bahkan sempat mendatangi DPRD Kabupaten Malang untuk memperjuangkan nasib ratusan pelaku usaha
sound system.
"Saya ngajak rapat, ngajak berunding gimana caranya bisa kerja. Awalnya cuma puluhan, jadi ratusan. Awalnya itu paling ngumpul cuma 40-an rental yang mau, terus habis itu naik lagi jadi 100, naik lagi 200, naik-naik terus. Ya, sampai 1.200 rental pada saat ini," ungkapnya.
Perjuangan mendirikan paguyuban juga diwarnai diskusi panjang dengan pemerintah daerah. Setelah melalui proses yang cukup lama, para pelaku usaha akhirnya diperbolehkan beroperasi dengan sejumlah aturan protokol kesehatan.
"Perjuangan sekitar empat bulanan, setiap hari cari jalan enggak ada titik temunya. Akhirnya pas terakhir baru saya diundang rapat sama Forkopimda, sama Pak Bupati, Pak Dandim, Pak Kapolres, sama perwakilan DPRD, itu baru ada titik temunya. Tetap boleh, tapi dengan aturan-aturan," jelas David.
Menurutnya, berdirinya Paguyuban Sound Malang Bersatu bukan hanya untuk memperjuangkan pekerjaan, tetapi juga meredakan persaingan antar penyedia sound system yang sebelumnya kerap bermusuhan.
"Tujuan saya membangun Paguyuban itu sebenarnya yang pertama tetap mempererat tali silaturahmi antar sound. Karena dulu itu sound itu kan musuhan, jadi satu sama yang lain musuhan. Tapi dengan adanya Paguyuban akhirnya bisa eratlah tali silaturahminya," katanya.