Ilustrasi rupiah. Metrototvnews.com/Eko Nordiansyah
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan sore ini bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sejak pembukaan pagi tadi, rupiah tak mampu bertahan dari penguatan dolar AS.
Mengacu data Bloomberg, Rabu, 9 Juli 2025, rupiah melemah hingga 52 poin atau 0,32 persen ke posisi Rp16.257,5 per USD dibandingkan sebelumnya di posisi Rp16.205,5 per USD.
Sementara itu, berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah melemah tujuh poin atau 0,04 persen menjadi Rp16.240 per USD dibandingkan sebelumnya di posisi Rp16.233 per USD.
Sedangkan berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (disingkat Jisdor), mata uang Garuda ini terpantau berada di posisi Rp16.254. Rupiah melemah tipis dibandingkan kemarin yang ada di posisi Rp16.238 per USD.
(Ilustrasi. MI/Usman Iskandar)
Kekhawatiran perang dagang meningkat
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan, pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi oleh sentimen kekhawatiran tentang kemungkinan dimulainya kembali perang dagang yang meningkat, menyusul pengumuman Presiden AS Donald Trump tentang surat perdagangan yang dikirim ke Korea Selatan dan Jepang, yang menetapkan bea atas barang dan produk.
Potensi perang dagang berlanjut setelah Trump mengumumkan tarif 25 persen untuk semua produk Korea dan Jepang yang dikirim ke AS, mulai 1 Agustus. Dalam surat yang ditujukan kepada para pemimpin Jepang dan Korea Selatan, Trump mengumumkan tarif sebesar 25 persen akan dikenakan pada semua barang yang berasal dari negara mereka, berlaku mulai 1 Agustus.
Ia menuduh kedua negara mempertahankan praktik perdagangan yang tidak adil, termasuk pajak impor yang tinggi dan hambatan non-tarif, yang berkontribusi terhadap defisit perdagangan AS yang terus-menerus. Trump memperingatkan tarif pembalasan apa pun akan menyebabkan bea masuk yang lebih tinggi.
"Sentimen risiko memburuk saat pasar bersiap menghadapi batas waktu 9 Juli, ketika AS diperkirakan secara resmi memberitahu mitra dagang tentang tarif baru yang berpotensi setinggi 70 persen, yang menargetkan lebih dari 100 negara," papar Ibrahim.
Trump juga merilis serangkaian surat yang menguraikan tarif perdagangan yang lebih tinggi pada beberapa negara Asia dan Afrika. Ini termasuk tarif 25 persen pada Korea Selatan, Jepang, Malaysia, dan Kazakhstan, bea masuk 30 persen pada Afrika Selatan, bea masuk 32 persen pada Indonesia, pungutan 35 persen pada Bangladesh, dan pungutan 36 persen pada Thailand.
"Selain itu, data ekonomi AS yang kuat memicu taruhan Federal Reserve tidak akan memangkas suku bunga dalam beberapa bulan mendatang. Ancaman tarif Trump juga memacu beberapa permintaan untuk greenback, di tengah kekhawatiran pungutan tersebut akan bersifat inflasi bagi ekonomi AS," sebut Ibrahim.