Harga Bitcoin Ambruk hingga Sentuh Level Terendah, Investor Harus Apa?

Vice President Indodax Antony Kusuma. Foto: dok Indodax.

Harga Bitcoin Ambruk hingga Sentuh Level Terendah, Investor Harus Apa?

Husen Miftahudin • 23 June 2025 18:05

Jakarta: Harga bitcoin kembali terkoreksi dan sempat jatuh di bawah level psikologis USD99 ribu atau sekitar Rp1,63 miliar (kurs Rp16.492/USD), di tengah meningkatnya eskalasi geopolitik menyusul serangan udara Amerika Serikat (AS) ke fasilitas nuklir utama Iran. Koreksi ini menandai level terendah bitcoin sejak 9 Mei 2025 dan memicu gelombang penurunan lebih luas di pasar aset digital global.
 
Ethereum, mata uang kripto terbesar kedua, juga mencatat penurunan signifikan hingga lebih dari 10 persen sebelum akhirnya pulih sebagian. Sementara itu, altcoin seperti Solana, XRP, dan Dogecoin mengalami penurunan. Solana turun lebih dari tujuh persen, XRP turun lebih dari delapan persen, dan Dogecoin turun lebih dari sembilan persen.
 
Menurut data dari CoinGlass, lebih dari USD1 miliar posisi kripto terlikuidasi dalam 24 jam terakhir, sebagian besar berasal dari posisi long yang terlalu berisiko. Ini menunjukan pasar dalam kondisi rapuh ketika gejolak geopolitik muncul.
 
Vice President Indodax Antony Kusuma menilai pelemahan harga bitcoin kali ini bukan semata disebabkan oleh faktor teknikal, melainkan karena sentimen risiko makro yang semakin kuat.
 
"Pasar kripto saat ini sangat sensitif terhadap berita geopolitik yang menimbulkan ketidakpastian. Respons pasar terhadap serangan AS ke Iran menunjukan bitcoin, meski kerap dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, tetap dipandang sebagai aset berisiko oleh sebagian investor," jelas Antony dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 23 Juni 2025.
 
Ia menambahkan sejak kabar kemungkinan serangan ini muncul minggu lalu, pelaku pasar sudah mulai mengurangi eksposurnya terhadap aset kripto. Hal ini tercermin dari menurunnya arus masuk ke ETF spot bitcoin secara signifikan menjelang akhir pekan.
 
Data menunjukkan arus masuk ke ETF spot bitcoin dari Senin hingga Rabu pekan lalu mencapai lebih dari USD1 miliar. Namun, pada Kamis tidak ada pergerakan net, dan pada Jumat hanya tercatat USD6,4 juta. Kelesuan ini mencerminkan sikap wait and see pelaku institusi terhadap keputusan strategis pemerintahan AS.
 

Baca juga: Harga Bitcoin Terjun Bebas ke USD101 Ribu karena Serangan AS ke Iran
 

Investor harus apa?

 
Antony menyampaikan, kondisi ketidakpastian ekonomi global dan fenomena menurunnya arus masuk ke ETF spot bitcoin perlu menjadi catatan penting bagi investor retail. Terkait hal ini, investor perlu memahami volatilitas karena tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari investasi di kripto.
 
"Namun, koreksi tajam seperti ini tidak selalu berarti ancaman. Justru, bagi investor berpengalaman, ini bisa menjadi kesempatan untuk masuk pada valuasi yang lebih menarik," tutur Antony menyarankan.
 
Selain itu, JPMorgan memperkirakan harga minyak bisa melonjak hingga USD130 per barel jika Iran menutup jalur Selat Hormuz yang merupakan rute ekspor minyak utama. Kenaikan harga minyak dapat mendorong inflasi AS mendekati lima persen kembali, yang akan mengubah arah kebijakan suku bunga The Fed.
 
Kekhawatiran ini menyebabkan investor menarik dana dari aset berisiko tinggi seperti kripto dan memindahkannya ke instrumen yang dianggap lebih aman. Akibatnya, pasar kripto mengalami tekanan jual.
 
Sejak halving bitcoin pada April 2024, pasar masih berada dalam tren siklus naik yang historisnya berlangsung 12 bulan hingga 18 bulan setelah halving. Antony memprediksi potensi harga bitcoin untuk naik tetap terbuka.
 
"Meskipun tekanan saat ini berat, fondasi fundamental bitcoin masih sangat kuat, terutama dengan terbatasnya suplai dan semakin meningkatnya penerimaan institusi. Ini hanya bagian dari dinamika jangka pendek yang selalu hadir dalam siklus kripto," jelasnya.
 
Sebagai pelaku industri, Indodax terus mendukung edukasi dan transparansi bagi para penggunanya agar mereka dapat membuat keputusan investasi yang bijak di tengah gejolak pasar. "Kami juga terus bekerja sama dengan regulator untuk memastikan transaksi aset kripto di Indonesia tetap berlangsung dengan aman, legal, dan terawasi," tegas Antony.


(Ilustrasi. Foto: dok KBI)
 

Potensi pemulihan bitcoin tetap terbuka

 
Bitcoin telah beberapa kali mengalami koreksi signifikan dalam sejarahnya dan kembali menguat di fase berikutnya. Investor jangka panjang yang memahami nilai intrinsik dari teknologi blockchain dan kelangkaan suplai bitcoin diprediksi akan tetap bertahan dalam kondisi seperti saat ini.
 
Dengan mengamati dinamika geopolitik yang terjadi dan potensi suku bunga AS dalam beberapa bulan ke depan, para investor disarankan untuk tetap waspada namun tidak panik.
 
"Meskipun bitcoin sempat menembus di bawah USD99 ribu, potensi pemulihannya tetap terbuka. Saat ini adalah momen yang menuntut kewaspadaan, strategi, dan pemahaman jangka panjang terhadap aset kripto," terang Antony.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)