Gegara Ini Saham-saham AS Amburadul

Ilustrasi. Foto: Xinhua/Michael Nagle.

Gegara Ini Saham-saham AS Amburadul

Husen Miftahudin • 18 June 2025 08:19

New York: Saham Amerika Serikat (AS) di Wall Street berakhir lebih rendah pada perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB), karena meningkatnya ketegangan geopolitik dan data penjualan ritel yang mengecewakan membebani sentimen investor.

Mengutip Xinhua, Rabu, 18 Juni 2025, indeks Dow Jones Industrial Average turun 299,29 poin, atau 0,70 persen, menjadi 42.215,8. Indeks S&P 500 turun 50,39 poin, atau 0,84 persen, menjadi 5.982,72. Indeks Nasdaq Composite turun 180,12 poin, atau 0,91 persen, menjadi 19.521,09.

Sepuluh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor kesehatan dan konsumen diskresioner memimpin penurunan dengan masing-masing turun 1,64 persen dan 1,55 persen. Sementara itu, sektor energi berbalik arah dengan naik 1,03 persen.

Semua indeks utama memperpanjang kerugian dan ditutup lebih rendah setelah Presiden AS Donald Trump menuntut penyerahan tanpa syarat Iran di akun media sosialnya, dan mengklaim AS mengetahui lokasi pemimpin negara itu.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Trump menawarkan gencatan senjata antara Iran dan Israel. Namun, Trump mengatakan keluarnya dia dari G7 tidak ada hubungannya dengan gencatan senjata, jauh lebih besar dari itu.

Pasar telah menunjukkan pemulihan yang hati-hati pada Senin di tengah laporan Iran terbuka untuk negosiasi gencatan senjata dan memulai kembali pembicaraan mengenai program nuklirnya. Namun pada Selasa, berita utama baru mengindikasikan AS sedang mempertimbangkan serangan militer, yang meningkatkan ancaman ketidakstabilan yang berkepanjangan di Timur Tengah.
 

Baca juga: Harap-harap Cemas Konflik Iran-Israel Mereda, Wall Street Malah Menguat


(Ilustrasi Wall Street. Foto: iStock)
 

Pasar cemas ketidakpastian perdagangan


Di samping kecemasan geopolitik, investor juga berjuang melawan ketidakpastian baru seputar kebijakan perdagangan. Menjelang tenggat pencabutan jeda tarif era Trump, pejabat AS berusaha keras untuk memperkuat perjanjian perdagangan baru selama KTT G7.

Kesepakatan perdagangan diselesaikan Senin antara Trump dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, tetapi kemajuan dengan mitra lain masih sulit dipahami.

Tekanan bertambah karena data penjualan ritel AS yang mengecewakan, yang turun 0,9 persen pada Mei, lebih besar dari yang diperkirakan para ekonom. Penurunan ini menunjukkan konsumen mungkin telah melakukan belanja besar-besaran untuk mengantisipasi kenaikan harga akibat tarif yang berlaku dan kini mulai mengurangi pengeluaran.

Pasar kini mengalihkan perhatian mereka ke pertemuan kebijakan Federal Reserve selama dua hari yang dimulai pada Selasa. The Fed secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap pada Rabu, tetapi investor akan mencermati setiap perubahan pada proyeksi bank sentral.

Masih ada pertanyaan mengenai apakah pembuat kebijakan masih mengantisipasi dua kali penurunan suku bunga pada 2025, terutama di tengah tanda-tanda terkini dari meredanya inflasi dan permintaan konsumen yang rapuh.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)