Pagi-pagi Rupiah Sudah Melemah 0,29% ke Rp16.267/USD

Ilustrasi. Foto: MI/Susanto.

Pagi-pagi Rupiah Sudah Melemah 0,29% ke Rp16.267/USD

Husen Miftahudin • 5 June 2024 09:59

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan, setelah sempat menguat dalam beberapa hari terakhir.
 
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 5 Juni 2024, rupiah hingga pukul 09.22 WIB berada di level Rp16.267 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 47 poin atau setara 0,29 persen dari Rp16.220 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi menyampaikan, harapan penurunan suku bunga tumbuh karena data AS yang lemah dan dolar merosot, sehingga para pedagang memperkirakan peluang sebesar 52,1 persen untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada September, naik dari ekspektasi kemarin mengenai peluang sebesar 47 persen, alat CME Fedwatch menunjukkan pada Selasa.
 
"Pergeseran ekspektasi ini terjadi setelah data indeks manajer pembelian menunjukkan pada Senin, aktivitas manufaktur AS menyusut untuk bulan kedua berturut-turut di Mei," tutur Ibrahim dalam analisis hariannya.
 
Data PMI, yang dirilis hanya beberapa hari setelah data produk domestik bruto (PDB) melemah, mendorong spekulasi perekonomian AS sedang melemah, yang dapat menandakan inflasi yang lebih rendah dan memberikan kepercayaan lebih kepada Federal Reserve untuk mulai memangkas suku bunga. Gagasan ini membuat dolar tenggelam ke posisi terendah dua bulan pada Senin.
 
Pertemuan kebijakan The Fed berikutnya akan berakhir pada 12 Juni, ketika data harga konsumen juga akan dirilis. Para pedagang dan analis tidak melihat adanya risiko perubahan kebijakan pada pertemuan tersebut, namun para pejabat akan memperbarui proyeksi ekonomi dan suku bunga mereka.
 

Baca juga: Penurunan Tren Suku Bunga The Fed Dorong Rupiah Naik Tipis
 

Ekonomi Indonesia tetap kuat

 
Sementara itu, lanjut Ibrahim, ekonomi Indonesia tetap sehat didukung oleh konsumsi dalam negeri yang kuat. Sebelumnya, produk domestik bruto (PDB) kuartal I-2024 Indonesia menunjukkan pertumbuhan berada di level 5,1 persen secara tahunan.
 
Angka tersebut tercapai berkah konsumsi domestik, meskipun investasi dan ekspor sedikit melemah. Bidang jasa layanan adalah titik cerah yang ditopang oleh pariwisata.
 
"Memasuki semester kedua 2024, pertumbuhan ekonomi bakal didukung oleh pertumbuhan angsuran yang kuat dengan adanya pengaruh penanaman modal asing dan pengeluaran infrastruktur. Ekonomi Indonesia diperkirakan mampu tumbuh 5,2 persen di 2024, lebih tinggi dari 5,0 persen pada 2023," terang Ibrahim.
 
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) mengejutkan banyak pihak dengan menaikan suku bunga acuan di April menjadi sebesar 6,25 persen untuk mengatasi pelemahan rupiah dan inflasi yang kembali sedikit mengalami kenaikan.
 
Saat ini juga muncul ketidakpastian Bank Indonesia akan kembali menaikan suku bunga, kalau rupiah terus melemah. Oleh karena itu, BI menunda waktu untuk pemangkasan suku bunga pertama untuk BI-Rate dan kemungkinan di kuartal keempat 2024 baru akan menurunkan suku bunga.
 
"BI sepertinya bakal tetap berhati-hati untuk memangkas bunga, dan memilih untuk menunggu langkah dari bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed. Sedangkan pemangkasan suku kembang di AS bakal terjadi di September 2024," jelas Ibrahim.
 
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan menguat.
 
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.180 per USD hingga Rp16.260 per USD," tutup Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)