BPS Tepis Rekayasa Data Kemiskinan

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti (Winny). Foto: Tangkapan layar Youtube DPR.

BPS Tepis Rekayasa Data Kemiskinan

Fachri Audhia Hafiez • 27 August 2025 18:28

Jakarta: Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti (Winny) menepis merekayasa data garis kemiskinan. Hal itu merespons dugaan bahwa BPS merekayasa data untuk meningkatkan citra pemerintah.

"Kalau ada di dalam perbincangan netizen bahwa kita menurunkan garis kemiskinan, itu sebenarnya tidak benar," kata Winny saat rapat di Komisi X DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 27 Agustus 2025.

Winny menyinggung soal pentingnya literasi statistik. Sehingga, tidak salah dalam menyimpulkan data yang disajikan.

"Jadi memang literasi statistik sangat dibutuhkan Bu, masyarakat kadang-kadang Ingin ikut berbicara tentang data, tetapi kadang-kadang, cara membaca data dan menerjemahkan datanya masih belum pas," ucap Winny.

Winny mengatakan BPS sudah melakukan penghitungan sesuai dengan standar internasional. BPS menggunakan garis kemiskinan makanan dan non-makanan.

"Metodologi BPS itu mengacu pada panduan dari Komisi Statistik PBB dan lembaga internasional, termasuk untuk menghitung PDB dan inflasi," kata Winny.
 

Baca juga: 

Ini Alasan Kenapa Banyak Lansia di Indonesia Masih Bekerja


Ia menekankan, dari tahun ke tahun, garis kemiskinan justru terus mengalami peningkatan. Dia mencontohkan garis kemiskinan nasional per Maret 2025 ditetapkan sebesar Rp609.160 per orang per bulan, naik dari periode sebelumnya.

Winny mengatakan pengukuran yang tepat harus dilihat pada tingkat rumah tangga. Yakni, minimal pengeluaran Rp2,87 juta per bulan.

"Karena pendapatan dan pengeluaran rumah tangga itulah yang menentukan tingkat kesejahteraan dari rumah tangga itu. Sehingga tingkat pengeluaran rumah tangga untuk supaya dia keluar dari garis kemiskinan atau di atas garis kemiskinan adalah di atas Rp2,875 juta per rumah tangga per bulan," jelas dia.

Selain itu, posisi sedikit di atas garis kemiskinan tidak otomatis membuat rumah tangga tersebut masuk kategori kaya. Masih ada lapisan rentan miskin, menuju menengah, hingga kelas menengah.

"Jadi tentunya kelihatannya memang betul, ini kita perlu sama-sama literasi bagaimana cara membaca garis kemiskinan yang pas dan di atas garis kemiskinan itu belum tentu masuk dalam golongan kaya, tergantung dia di mana di atas garis kemiskinan," kata Winny.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Anggi Tondi)