Kuasa hukum RAH, Maksimus Hasman. Foto: Metrotvnews.com/Siti Yona Hukmana.
Siti Yona Hukmana • 29 August 2025 15:26
Jakarta: Pengacara tersangka Reviando Aquinas Handi (RAH), Maksimus Hasman, mengaku kliennya pernah bertemu dengan oknum F, orang yang diduga otak pembunuhan Kepala Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bank Pemerintah di Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Pertemuan terjadi di sebuah coffe shop, Jakarta Pusat.
Maksimus mengatakan, mulanya kliennya RAH diajak oleh tersangka Erasmus Wawo (RW) untuk pergi mengerjakan sebuah proyek pada Rabu pagi, 20 Agustus 2025. Kemudian, berangkat dari kediaman Erasmus di Jalan Johar Baru, Jakarta Pusat ke salah satu minimarket.
"Yang sebelumnya mereka ketemu dengan pelaku F di salah satu kafe atau coffee shop yang ada di daerah Percetakan Negara," kata Maksimus di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat, 29 Agustus 2025.
Namun, Maksimus enggan memastikan oknum F dari instansi mana. Ia tak ingin mendahului penyidikan oleh Polda Metro Jaya. Intinya, kata dia, tersangka Erasmus yang mengajak kliennya untuk melakukan sebuah pekerjaan yang ternyata menculik korban.
"Jadi kami tidak, kami tidak mendahului penyelidikan yang ada di Polda Metro Jaya, biarkan teman-teman Polda Metro Jaya yang mengungkap terkait dengan fakta itu (oknum F)," ujar Maksimus.
Maksimus melanjutkan, kliennya mampir di minimarket sebelum menculik. RAH disuruh oleh oknum F membeli lakban, rokok, handuk, dan masker. Namun, RAH disebut tidak mengetahui untuk apa barang tersebut.
"Tetapi dalam perjalanan setelah dari minimarket itu ke TKP penculikan itu, dalam mobil itu baru dia sadar karena ada obrolan yang mengatakan memang tujuannya bergesernya tempat itu ke daerah Jakarta Timur itu untuk menculik seseorang," ungkap Maksimus.
Namun, posisi RAH dinilai tidak dalam bebas berkehendak. Sebab, berada dalam satu rombongan mobil dengan tersangka lain. Maksimus menyebut, ada lima orang dalam mobil itu. Namun, RAH Hanya mengenal Erasmus.
Rombongan mobil beranjak Lotte Mart, Pasar Rebo, Jakarta Timur, tempat penculikan iu terjadi. Maksimus mengatakan setelah melakukan penculikan itu, RAH bersama empat tersangka penculik lainnya, salah satunya Erasmus Wawo (RW), berpindah ke Kemayoran, Jakarta Pusat atas perintah Erasmus.
"Karena yang komunikasi intens terhadap orang yang patut diduga F itu adalah saudara E, bergeser dari tempat penculikan itu ke daerah Kemayoran," ungkap Maksimus.
Kemudian, selang berapa menit di Kemayoran itu, korban dipindahkan ke mobil Fortuner. Setelah itu, keempat pelaku bergeser ke Cempaka Putih tepatnya di daerah Arcis.
"Di situ di daerah Arcis, pelaku E menyamperin mobil oknum F. Jadi klien kami tidak mengetahui apa tujuannya. Yang pasti setelah itu mereka pulang ke rumah, baru dibagikan uang per orang itu Rp8 juta sebagai upah dari pekerjaan itu," pungkas Maksimus.
Adapun, RAH ditangkap di Jalan Johar Baru III Blok D, No 42, Jakarta Pusat. Mahasiswa ini diringkus bersama tersangka AT dan RS. Sementara itu, tersangka Erasmus Wawo (RW) diringkus di Bandara NTT saat hendak melarikan diri.
15 Tersangka
Untuk diketahui, saat ini Ditreskrimum Polda Metro Jaya telah menangkap 15 tersangka terkait kematian Kepala KCP Bank Pemerintah Mohamad Ilham Pradipta.
Adapun perannya, terbagi menjadi empat klaster. Pertama, aktor intelektual. Kedua, klaster membuntuti. Ketiga, klaster menculik. Keempat, klaster penganiayaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia dan membuang jenazah korban. Namun, motif pembunuhan Ilham Pradipta masih didalami.
Mohamad Ilham Pradipta diculik di parkiran Lotte Mart Pasar Rebo, Kelurahan Susukan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur pada Rabu, 20 Agustus 2025. Aksi penculikan pria 37 tahun itu terekam CCTV.
Korban ditemukan tewas oleh seorang warga saat menggembalakan hewan ternak di Desa Naga Sari, Serang Baru, Kabupaten Bekasi pada Kamis pagi, 21 Agustus 2025 pukul 05.30 WIB. Korban ditemukan di persawahan dalam kondisi mata terlilit lakban dan tangan serta kaki terikat.
Hasil autopsi, pelaku diduga membunuh korban dengan benda tumpul pada bagian dada dan leher. Korban juga diduga tewas karena kehabisan oksigen. Sebab, diduga ada tekanan pada tulang leher dan dada yang menyebabkan korban kesulitan bernapas.