Satpam Gugat UU Polri ke MK, Soroti Dugaan Komersialisasi Jasa Pengamanan

Gedung Mahkamah Konstitusi (MK). Foto: Dok. Metrotvnews.com

Satpam Gugat UU Polri ke MK, Soroti Dugaan Komersialisasi Jasa Pengamanan

Devi Harahap • 30 October 2025 11:00

Jakarta: Seorang petugas satuan pengamanan (satpam), Syamsul Jahidin, mengajukan uji materiil terhadap Pasal 3 ayat (1) huruf c dan Penjelasan Pasalnya dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (UU Polri) ke Mahkamah Konstitusi (MK). Permohonan tersebut teregistrasi dengan Nomor Perkara 195/PUU-XXIII/2025. 

Syamsul menilai ketentuan tersebut membuka ruang komersialisasi jasa pengamanan oleh pihak-pihak tertentu. Dalam permohonannya, Syamsul menilai frasa “dan badan usaha di bidang jasa pengamanan” dalam penjelasan pasal itu menyebabkan pengelolaan pengamanan swakarsa menjadi ajang komersialisasi tanpa batas yang justru merugikan para satpam.

“Ketentuan norma pasal a quo jelas telah digunakan untuk membenarkan tindakan para pejabat Polri untuk menjadi pengusaha aktif terorganisir,” ujar Syamsul di hadapan majelis hakim konstitusi seperti dikutip dari Media Indonesia, Rabu, 30 Oktober 2025.
 


Syamsul juga menyebut bahwa pasal tersebut membuat profesi satpam tidak terlindungi secara hukum. Bahkan, rawan diperlakukan tidak adil.

“Saya hanya ingin memastikan hukum berjalan dengan benar, tanpa adanya praktik kapitalisme dalam pengelolaan profesi kami,” ucap Syamsul.

Ia mencontohkan, untuk bekerja sebagai satpam, seseorang harus mengikuti pelatihan Gada Pratama dengan biaya sekitar Rp4 juta. Sementara untuk naik jabatan menjadi danru atau manajer pengamanan, harus menempuh pendidikan Gada Utama dengan biaya mencapai Rp13,5 juta.

“Biaya pelatihan itu sangat tinggi dibandingkan dengan penghasilan kami. Ini tidak seimbang dan menciptakan ketidakpastian hukum bagi pekerja keamanan,” ungkap Syamsul.

Syamsul menjelaskan bahwa pelatihan dan penerbitan ijazah satpam serta kartu tanda anggota (KTA) dilakukan oleh Polri melalui Badan Usaha Jasa Pengamanan (BUJP). Dia menilai, hal ini menimbulkan potensi tumpang tindih kewenangan antara pihak swasta dan institusi Polri.


Ilustrasi undang-undang. Foto: Dok. Metrotvnews.com.

Dalam petitumnya, Syamsul meminta MK menyatakan frasa “dan badan usaha di bidang jasa pengamanan” serta “pengaturan mengenai pengamanan swakarsa merupakan kewenangan Kapolri” bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat. Ia mengusulkan agar pengamanan swakarsa hanya dimaknai sebagai bentuk pengamanan masyarakat secara mandiri di lingkungan pemukiman, perkantoran, atau pendidikan.

Sidang perkara ini dipimpin oleh Hakim Konstitusi Saldi Isra bersama Ridwan Mansyur dan Arsul Sani. Dalam sidang, Arsul Sani menyoroti keabsahan profesi Syamsul sebagai satpam karena kartu tanda anggotanya telah kedaluwarsa sejak 2021.

“Hal ini penting untuk memastikan kedudukan hukum atau legal standing pemohon. Perlu juga dilampirkan bukti profesi satpam yang masih berlaku,” kata Arsul. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fachri Audhia Hafiez)