Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem). Foto: Istimewa
Fajri Fatmawati • 20 February 2025 17:58
Aceh: Muzakir Manaf, yang akrab disapa Mualem, kembali menorehkan sejarah politik Aceh. Mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ini resmi dilantik sebagai Gubernur Aceh periode 2025-2030, berpasangan dengan Fadhlullah, pada 12 Februari 2025. Kemenangan ini menandai kembalinya Mualem ke puncak kepemimpinan Aceh, setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Gubernur periode 2012-2017.
Muzakir Manaf lahir pada 3 April 1964 di Gampong (Desa) Mane Kawan, Kecamatan Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh. Setelah lulus SMA pada 1984 ia pernah kuliah di Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala sebelum kemudian memilih menjadi pejuang GAM. Pada tahun 1986, Muzakir Manaf berangkat ke Libya, di mana ia menerima pelatihan tempur bersama anggota GAM lainnya. Di Libya, ia sempat menjadi pengawal pribadi Muammar Khadafi.
Muzakir Manaf ditunjuk sebagai Panglima Komando Pusat GAM setelah tewasnya Panglima GAM Abdullah Syafi'i pada tahun 2002 dalam pertempuran dengan prajurit Tentara Nasional Indonesia. Muzakir Manaf atau yang dikenal dengan sebutan Mualem memiliki rekam jejak panjang dalam perjuangan Aceh. Ia merupakan salah satu tokoh kunci dalam GAM, organisasi gerakan yang memperjuangkan kemerdekaan Aceh. Pengalaman bergerilya di hutan belantara menempa dirinya menjadi sosok tangguh dan disegani.
Julukan "Mualem" sendiri diberikan kepada individu yang memiliki keahlian tinggi dalam dunia militer. Ia pernah menjabat sebagai Panglima Perang GAM sejak 1986.
Setelah perjanjian damai Helsinki pada 2005, Muzakir Manaf beralih ke dunia politik. Ia mendirikan Partai Aceh, partai lokal yang menjadi wadah aspirasi mantan kombatan GAM. Kiprah politiknya terus menanjak, dan pada periode 2012-2017, ia menjabat sebagai Wakil Gubernur Aceh, mendampingi Gubernur Zaini Abdullah.
Sebagai gubernur, Muzakir Manaf mengusung visi dan misi untuk membangun Aceh yang lebih maju dan sejahtera. Ia berkomitmen untuk memperkuat implementasi Undang-Undang Pemerintah Aceh (UUPA), meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menjaga perdamaian yang telah diraih. Salah satu fokus utama Mualem adalah memperkuat implementasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, yang memberikan kewenangan khusus bagi Aceh dalam mengatur daerahnya. Ia juga bertekad untuk menjaga perdamaian dan kerukunan antarumat beragama di Aceh.
Sosok yang Kontroversial Namun Berpengaruh
Muzakir Manaf adalah sosok yang kontroversial, namun tak dapat dipungkiri bahwa ia memiliki pengaruh besar di Aceh. Ia dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan berani, serta memiliki kedekatan emosional dengan masyarakat Aceh, khususnya mantan kombatan GAM. Beberapa pihak mengkritik gaya kepemimpinannya yang dianggap keras. Namun, ia juga mendapat dukungan luas dari masyarakat Aceh, terutama dari kalangan mantan kombatan GAM.
Masa mudanya dihabiskan dalam gejolak konflik Aceh. Ia bergabung dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan dengan cepat menunjukkan jiwa kepemimpinannya. Keahlian militernya yang mumpuni membuatnya dipercaya sebagai Panglima Gerilya GAM sejak 1986. Selama masa konflik, Mualem dikenal sebagai sosok yang tangguh dan disegani. Ia memimpin pasukannya dalam berbagai pertempuran melawan aparat keamanan. Namun, di balik ketegasannya, ia juga memiliki visi untuk perdamaian.
Setelah musibah besar gempa dan tsunami meluluhlantakkan Bumi Serambi Mekkah 2004, Ketika peluang perdamaian mulai terbuka, Mualem memainkan peran penting dalam proses negosiasi antara GAM dan pemerintah Indonesia. Ia menjadi salah satu tokoh kunci dalam penandatanganan Perjanjian Helsinki pada 15 Agustus 2005, yang mengakhiri konflik bersenjata di Aceh.
Sebagai Gubernur Aceh, Mualem memiliki visi untuk memajukan Aceh dalam berbagai bidang. Ia dikenal sebagai sosok yang tegas dan dekat dengan rakyat. Namun, ia juga menghadapi berbagai tantangan, seperti masalah kemiskinan, pembangunan infrastruktur, dan pelestarian perdamaian. Kepemimpinannya di Aceh periode 2025-2030 akan menjadi babak baru dalam perjalanan politiknya. Masyarakat Aceh menaruh harapan besar padanya untuk membawa perubahan positif bagi daerah yang pernah dilanda konflik ini.
Pasangan Muzakir Manaf (Mualem) dan Fadhlullah (Dek Fadh) telah resmi dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh periode 2025-2030. Pelantikan yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian atas nama Presiden Republik Indonesia (RI) di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) pada Rabu, 12 Februari 2025.
Usai pelantikan, dalam sambutannya, Mualem menyatakan akan menghapus sistem kode QR barcode di seluruh SPBU di Aceh. Menurut Mualem, penghapusan barcode BBM merupakan salah satu solusi untuk menghilangkan potensi konflik antara petugas SPBU dan konsumen. Keputusan ini diambil sebagai upaya untuk mengatasi konflik yang kerap terjadi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).