Dewan Redaksi Media Group, Abdul Kohar. Foto: Media Indonesia (MI)/Ebet.
Tanggal 2 Oktober 2025, waktu Kairo, Mesir. Itulah hari istimewa bagi 300 mahasiswa perguruan tinggi Islam terkemuka di dunia, Universitas Al Azhar. Pada Kamis, itu ratusan mahasiswa yang memilih Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Al Azhar memulai hari pertama kuliah mereka.
Untuk mengikuti kuliah itu, para mahasiswa yang berasal dari negara di luar pengguna bahasa Indonesia tersebut harus membayar seperti di jurusan lain, alias tidak gratis. Jelas, sebuah fakta yang membanggakan. Benar-benar istimewa. Spirit pihak yang memperjuangkan bahasa Indonesia di Kairo itu sama seperti para pemuda pada 28 Oktober 1928 yang menggemakan Sumpah Pemuda.
Karena itu, sejumlah keistimewaan pun berderetan. Istimewa karena bahasa Indonesia diakui universitas terkemuka di dunia. Istimewa karena diminati 300 mahasiswa dari luar Indonesia. Istimewa karena mereka meminati jurusan itu dengan sukarela dan harus membayar. Istimewa karena terjadi pada Oktober yang dikenal sebagai Bulan Bahasa.
Saya pun dibuat kagum oleh para pejuang bahasa Indonesia yang akhirnya berhasil mengegolkan bahasa persatuan kita menjadi bahasa yang diakui di Universitas Al Azhar, Kairo, yang terkemuka itu. Salah satunya Abdul Muta'ali. Ia Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Kairo.
Berkat ikhtiar gigihnya, bahasa Indonesia diakui sangat tinggi di Al Azhar. Wajar jika Pusat Bahasa pun mengganjarnya penghargaan. Senin malam, Abdul Muta'ali berdiri bangga di atas podium menerima penghargaan atas upaya gigihnya itu. "Saya sangat bangga sebagai warga bangsa dan penutur bahasa Indonesia," katanya.
Saya menyebutnya gigih karena memang tidak mudah mengegolkan bahasa Indonesia di universitas terkemuka seperti di Al Azhar. Sejak 2016, bahasa Indonesia memang telah menjadi bahasa pilihan kedua di Fakultas Bahasa dan Terjemahan Universitas Al Azhar Kairo. Namun, sejak awal 2024, mata kuliah itu nyaris ditutup.
Abdul Muta'ali yang bertugas di Kairo sejak Maret 2024 itu pun menyusun strategi. Ia langsung melakukan koordinasi, evaluasi, dan analisis ihwal mengapa Al Azhar berniat menutup mata kuliah pilihan bahasa Indonesia itu. Hasilnya, muncul sebuah naskah akademik yang kesimpulannya: bahasa Indonesia mesti di-upgrade, lalu dinaikkan levelnya dari mata kuliah menjadi program studi, alih-alih ditutup.
Naskah akademik itu lalu dibawa ke Kampus Al Azhar. Ia dikoordinasikan dengan pihak Dekan Fakultas Bahasa dan Terjemahan, senat fakultas, Rektor Al Azhar, presentasi di depan Senat Al Azhar, dan bahkan hingga negosiasi dengan Grand Syaikh Al Azhar Ahmed el-Tayeb. Semua proses itu berlangsung selama satu tahun lebih.
Hingga akhirnya, muncullah Keputusan Majelis Tinggi Al Azhar Nomor 343 tanggal 12 Juli 2025 yang mengesahkan pembukaan Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Al Azhar tahun akademik 2025/2026. Respons masyarakat Mesir terhadap prodi itu sangat positif. Terbukti, mahasiswa baru prodi itu berjumlah 300 orang, angka yang besar untuk jurusan baru.
Ilustrasi. Foto: Dok. Metrotvnews.com.
Pekan depan, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah
Abdul Mu'ti akan meresmikan Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Al Azhar itu. Mendikdasmen Abdul Mu'ti juga akan berpidato dalam bahasa Indonesia di depan sivitas akademika universitas paling berpengaruh di dunia Islam tersebut.
Amat wajar bila bahasa Indonesia disambut antusias di Mesir. Secara historis, hubungan antara Mesir dan Indonesia sangat kuat. Mesir ialah negara pertama yang secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia. Negeri di Benua Afrika itu memberikan pengakuan de facto pada 22 Maret 1946.
Pengakuan de jure kemudian menyusul pada 10 Juni 1947 dengan ditandatanganinya perjanjian persahabatan. Pengakuan dari Mesir menjadi sangat penting karena membuka jalan bagi negara-negara lain, terutama anggota Liga Arab, untuk ikut mengakui kedaulatan Indonesia.
Di mata Muta'ali yang seorang diplomat, geliat peranan global Indonesia perlu mendapat dorongan dari sisi kebahasaan dan kebudayaan. Pintu masuk bahasa dan budaya Indonesia yang paling terbuka peluangnya ialah Mesir. Sekitar 20 ribu pelajar dan mahasiswa Indonesia di Mesir sedang dan terus belajar bahasa Arab. Karena itu, sudah saatnya masyarakat Mesir pun harus memahami bahasa Indonesia.
Apalagi, kedua bangsa itu memiliki pekerjaan rumah nasional dan global yang relatif sama. "Kerja sama dan kolaborasi bahasa dan budaya 'saling mempelajari dan memahami' adalah modal joint cooperation menuju dunia yang lebih human dan damai," papar Muta'ali.
Muta'ali benar. Sejauh ini, bahasa Indonesia termasuk salah satu bahasa dengan jumlah penutur cukup banyak di dunia mengingat jumlah penduduk kita nomor empat terbesar di dunia. Lebih dari itu, daya adaptif bahasa Indonesia untuk mengikuti perkembangan zaman membuat beberapa peneliti bahasa di Eropa menyebut bahasa Indonesia sebagai contoh kasus tentang apa yang dinamakan 'modernisasi bahasa yang berhasil secara gilang-gemilang'.
Sampai-sampai, seorang sarjana Prancis Jerome Samuel menulis buku dengan judul 'menggugah', Kasus Ajaib Bahasa Indonesia. Selain itu, bahasa Indonesia memiliki suatu keistimewaan. Sebuah penelitian yang dilakukan tim peneliti dari University of Vermont, Burlington, Amerika Serikat, menunjukkan bahasa Indonesia masuk peringkat keempat sebagai bahasa paling bahagia di dunia.
Studi yang dipimpin Peter Dodds tersebut dilakukan dengan mengumpulkan 10 ribu kata yang paling umum digunakan dalam setiap bahasa. Sumbernya berasal dari Google Books, Twitter, subtitle film, tayangan televisi, dan lirik lagu. Ribuan kata pada tiap bahasa itu kemudian diberi label positif dan negatif.
Kata yang masuk positif misalnya cinta dan tertawa, sedangkan yang negatif misalnya berbohong dan menangis. Para ilmuwan tersebut kemudian mengklasifikasikan 10 ribu kata pada tiap bahasa itu ke dalam tabel kanan-kiri, yang berisi positif dan negatif. Hasilnya, bahasa Indonesia ada di peringkat keempat bahasa paling bahagia di dunia, 'mengalahkan' bahasa Prancis, Arab, dan Jerman, serta satu tingkat di bawah bahasa Inggris.
Perjuangan para pemuda untuk menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia, kini menemukan bentuknya. Bahasa Indonesia tidak cuma dituturkan di Manado atau Solo, tapi kini juga di Kairo.