Ini Prediksi Harga Emas Minggu Depan, Berhasil Naik Atau Malah Makin Ambles?

Emas batangan. Foto: dok MIND ID.

Ini Prediksi Harga Emas Minggu Depan, Berhasil Naik Atau Malah Makin Ambles?

Husen Miftahudin • 25 October 2025 18:47

Jakarta: Harga emas (XAU/USD) pada perdagangan hari ini berpotensi melanjutkan penguatan setelah dalam beberapa sesi terakhir menunjukkan stabilitas di area tinggi. Emas masih cenderung positif, seiring meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) serta meningkatnya risiko geopolitik global.

Pernyataan dari pejabat The Fed yang bernada lebih dovish memperkuat pandangan suku bunga acuan kemungkinan akan diturunkan dalam waktu dekat. Ekspektasi ini menekan kekuatan Dolar AS (USD) dan menurunkan real interest rate, kondisi yang secara historis selalu menjadi katalis positif bagi harga emas. 

Ketika suku bunga turun, biaya peluang untuk memegang aset non-yield seperti emas juga menurun, sehingga mendorong minat beli terhadap logam mulia tersebut.

Menurut analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha, tren bullish pada XAU/USD masih terjaga dengan baik, terutama setelah harga berhasil bertahan di atas area support penting.

"Selama harga tidak menembus level kunci USD3.802, tren kenaikan jangka menengah masih terjaga," ungkap Andy dikutip dari analisis hariannya, Sabtu, 25 Oktober 2025.

Proyeksi utama menunjukkan jika tekanan bullish berlanjut, harga emas berpotensi menguat hingga ke kisaran USD4.500 per troy ons pada minggu depan. Namun, ia juga menegaskan adanya skenario alternatif di mana jika terjadi pembalikan arah (reversal) dan harga turun menembus key point di USD3.802, maka potensi pelemahan dapat membawa emas menuju area USD3.628.
 

Baca juga: Baru Naik Sehari, Harga Emas Dunia Tergelincir Lagi


(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
 

Emas semakin menarik sebagai aset diversifikasi


Secara fundamental, jelas Andy, berbagai analis global juga memperkuat pandangan serupa emas kini semakin menarik sebagai aset diversifikasi, baik bagi bank sentral maupun investor institusional.

Ketegangan geopolitik yang meningkat, kekhawatiran terhadap inflasi, hingga turunnya kepercayaan terhadap dolar AS menjadi alasan utama meningkatnya permintaan emas.

Data terbaru menunjukkan sejumlah bank sentral dunia masih aktif melakukan pembelian emas untuk memperkuat cadangan devisa mereka, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap dolar.

Faktor geopolitik dan ekonomi global yang tidak menentu, mulai dari tensi dagang, inflasi, hingga gangguan rantai pasok, mendorong investor mencari aset aman (safe haven) seperti emas. Selain itu, pelemahan indeks dolar (DXY) juga menjadi salah satu pendorong utama yang menjaga momentum positif logam mulia ini.

Namun demikian, Andy mengingatkan pasar tetap perlu mewaspadai volatilitas jangka pendek menjelang rilis data inflasi dan keputusan kebijakan moneter The Fed pekan depan. Jika The Fed menahan suku bunga tetap tinggi lebih lama, potensi koreksi bisa muncul. Sebaliknya, jika sinyal pemotongan suku bunga semakin kuat, emas berpotensi mencatatkan kenaikan baru.

"Secara keseluruhan, pergerakan emas akan berada dalam rentang USD3.802-USD4.500, dengan kecenderungan bullish dominan selama harga bertahan di atas level support tersebut. Selama sentimen dovish The Fed berlanjut dan risiko geopolitik masih tinggi, logam mulia tetap menjadi pilihan utama investor global," tutur Andy.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)