Takluk di Hadapan Dolar AS, Rupiah Parkir di Rp16.695/USD Sore Ini

Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: dok MI.

Takluk di Hadapan Dolar AS, Rupiah Parkir di Rp16.695/USD Sore Ini

Husen Miftahudin • 8 December 2025 16:53

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami pelemahan.

Mengutip data Bloomberg, Senin, 8 Desember 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.695 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 47 poin atau setara 0,28 persen dari posisi Rp16.648 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 47 poin, sebelumnya sempat melemah 55 poin di level Rp16.695 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.648 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.

Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp16.685 per USD. Rupiah melemah 35 poin atau setara 0,21 persen dari Rp16.650 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.688 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 33 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.655 per USD.
 

Baca juga: Saat IHSG Ngegas, Rupiah Malah Ambruk!
 

Ekspektasi kuat Fed pangkas suku bunga


Ibrahim mengungkapkan, pergerakan kurs rupiah hari ini dipengaruhi oleh sentimen pasar terhadap menguatnya ekspektasi Federal Reserve AS akan memangkas suku bunga akhir pekan ini.

Tanda-tanda perlambatan ekonomi di AS baru-baru ini, termasuk indikator ketenagakerjaan yang lebih lemah, telah mendorong kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi sekitar 85 persen.

"Kondisi ini meningkatkan harapan biaya pinjaman yang lebih rendah dapat mendukung pertumbuhan global dan ekuitas," jelas Ibrahim.

Namun, optimisme tersebut diredam oleh kehati-hatian karena beberapa pejabat Fed mengisyaratkan pemangkasan suku bunga pada Desember masih jauh dari pasti.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell sebelumnya menekankan keputusan yang akan datang bukanlah suatu kepastian, jauh dari itu. Hal itu membuat investor waspada terhadap potensi kejutan yang bersifat hawkish.


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

Ekonomi Indonesia tetap tangguh jelang 2026


Di sisi lain, sambung Ibrahim, indikator ekonomi terkini menunjukkan ketahanan aktivitas domestik menjelang akhir 2025. Diketahui, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur berada di level ekspansif 53,3, sementara inflasi yang stabil di 2,7 persen memberikan ruang bagi pemulihan ekonomi pada tahun depan.

"Kombinasi keduanya menjadi sinyal awal perekonomian Indonesia tetap tangguh memasuki 2026," tegas dia. 

Sejumlah indikator mengalami perbaikan konsisten, termasuk indeks keyakinan konsumen yang mencapai level tertinggi dalam lima bulan terakhir. Ketahanan ekonomi ditopang oleh kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif sepanjang 2025.

"Dorongan konsumsi tercermin pada pertumbuhan ekonomi kuartal III-2025 sebesar 5,04 persen. Sementara inflasi rendah menegaskan daya beli masyarakat masih terjaga," terang dia.

Selain itu, Bank Indonesia mendapat mandat baru untuk memperkuat sektor riil lewat sejumlah kebijakan. Draf Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK) memberi mandat kepada Bank Indonesia (BI) untuk meracik bauran kebijakan yang mampu menciptakan iklim ekonomi kondusif bagi pertumbuhan sektor riil dan penciptaan lapangan kerja.  

"Dengan kondisi tersebut, diproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2026 akan lebih baik dibandingkan 2025. Proyeksi ini ditopang konsumsi rumah tangga, pemulihan investasi, serta kebijakan fiskal yang lebih ekspansif. Program strategis pemerintah dan BI diperkirakan memberi efek berantai terutama ke sektor manufaktur, industri pengolahan, dan sektor padat karya," tutup Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Husen Miftahudin)