Korban perundungan di sekolah, ZA, 16. Medcom.id/Christian
Jakarta: Aksi perundungan terjadi di sekolah Madrasah Aliyah Annur, Jalan Kepu, Kemayoran, Jakarta Pusat. Akibat perundungan tersebut ZA, 16 tidak bersekolah hingga dua bulan.
Peristiwa perundungan ini diketahui saat korban berinisial ZA tidak mau berangkat ke sekolah. Ibu korban, Ita Herawati yang sehari hari berjualan curiga dengan perilaku anaknya, sehingga sang ibu bertanya. Saat itulah diketahui jika sang anak menjadi korban perundungan oleh teman satu kelas nya.
Ita menjelaskan bahwa aksi perundungan terjadi pada Agustus 2024. Saat itu anaknya baru selesai operasi usus buntu. Namun anaknya disuruh ikut mendekorasi ruang kelas menyambut HUT RI.
“Karena merasa masih kurang sehat, anak saya tidak bisa ikut kegiatan tersebut, namun anak saya justru dikucilkan. Bahkan ada ancaman akan ditampar oleh teman satu kelasnya," ucap Ita, Senin 14 Oktober 2024.
Lebih lanjut Ita mengatakan, sang anak merupakan siswi berprestasi. ZA menjadi juara dua lomba badminton. Ita juga menyayangkan sikap sekolah yang terbilang tidak menanggapi dengan serius terkait adanya aksi perundungan.
Saat diwawancarai ZA mengaku terpaksa tidak masuk sekolah karena mengalami trauma psikologi. "Saya sudah dua bulan tidak sekolah mulai dari akhir Agustus hingga saat ini. Tahun 2023 saya juara badminton di Jakarta Pusat,” ucap korban.
Korban menjelaskan, orangtuanya sudah pernah meminta surat pindah ke sekolah namun tidak mendapatkan respon baik dari pihak sekolah. "Orang tua sudah minta surat pindah ke sekolah tapi pihak sekolah tidak memberikan. Justru saya dianggap sudah keluar sekolah," keluhnya.
Terpisah, Kepala Sekolah MA An Nur Ilyas mengatakan, apa yang disampaikan ibu ZA persis sama dengan apa yang disampaikan ZA kepadanya. Mengetahui adanya peruntungan, Ilyas memanggil wali kelas bersama pelaku berinisial NB dan SW untuk dipertemukan dengan korban.
"Memang benar ada kejadian tersebut, namun hal tersebut sudah dianggap selesai oleh bapak dari korban. Artinya dalam proses pendidikan memang ada yang keras, namun hal tersebut menurut orang tua korban masih bisa ditolerir, sehingga masalah ini dianggap selesai," ucap Ilyas di ruangannya.
Lebih lanjut Ilyas mengaku tidak menindaklanjuti masalah ini dan tidak memberikan treatment khusus kepada korban perundungan. "Tentu ini menjadi evaluasi kami para guru jika ada aksi perundungan maka akan ada perlakuan lebih untuk mengembalikan kepercayaan diri dari siswa maupun siswi," ucapnya.
Lebih lanjut Ilyas memastikan tidak akan mempersulit proses kepindahan korban ke sekolah lain. Dirinya berjanji akan membantu setiap proses kepindahan siswanya.