Ilustrasi. Foto: Dok MI
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami penguatan. Rupiah mencoba mengambil momentum meski hanya menguat tipis terhadap dolar AS.
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 12 Juni 2025, rupiah hingga pukul 09.19 WIB berada di level Rp16.250,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 9,5 poin atau setara 0,06 persen dari Rp16.260 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara, data Yahoo Finance mencatat rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.250 per USD. Rupiah terpantau menguat 10 poin atau 0,06 persen dari Rp16.260 per USD.
(Ilustrasi. Foto: Dok MI)
Tarif Trump tetap berlaku
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh sentimen eksternal terkait dengan tarif Trump yang tetap berlaku karena mempertimbangkan putusan sebelumnya yang memblokir rencana tarifnya.
Putusan pengadilan itu membuat rencana Trump untuk tarif 'Hari Pembebasan', yang menguraikan pungutan tinggi terhadap mitra dagang utama, sebagian besar sudah berlaku, menjelang batas waktu awal Juli untuk penerapannya.
"Berita tentang putusan tersebut mengimbangi beberapa optimisme atas pernyataan AS dan Tiongkok, mereka telah mencapai kerangka kerja untuk pembicaraan perdagangan, meskipun para pejabat memberikan sedikit rincian aktual tentang perjanjian tersebut," papar Ibrahim.
Para pejabat AS mengatakan perjanjian itu akan meresmikan deeskalasi perdagangan Mei yang dicapai di Jenewa, Swiss, dan juga akan membantu menyelesaikan masalah ekspor tanah jarang Tiongkok dan pembatasan AS atas penjualan cip ke Tiongkok.
Fokus sekarang tertuju pada data inflasi indeks harga konsumen AS yang utama untuk isyarat lebih lanjut tentang ekonomi terbesar di dunia tersebut. Data tersebut diperkirakan menunjukkan inflasi sedikit menguat pada periode Mei, tetap stabil di sekitar level yang terlihat di hampir sebagian besar tahun ini.
"Tekanan harga AS sebagian besar telah menghentikan penurunannya dalam beberapa bulan terakhir, dengan gangguan yang berasal dari tarif Trump juga mendorong kenaikan harga konsumen. Data tersebut dapat memberi Federal Reserve lebih banyak dorongan untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah," papar Ibrahim.