Pembukaan Pagi, Rupiah Melemah 0,13%

Ilustrasi rupiah. Foto: MI/Tri.

Pembukaan Pagi, Rupiah Melemah 0,13%

Arif Wicaksono • 22 February 2024 09:44

Jakarta: Rupiah melemah pada pembukaan perdagangan hari ini. Rupiah melemah setelah investor meyakini adanya keyakinan suku bunga tinggi pada semester I tahun ini.

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Kamis pagi tergelincir 20 poin atau 0,13 persen menjadi Rp15.655 per USD dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp15.635 per USD.
 

baca juga:

Rupiah Dibuka Melemah 0,11%


Pejabat Federal Reserve (The Fed) mengindikasikan pada pertemuan terakhir, mereka tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dan menyatakan optimisme dan kehati-hatian terhadap inflasi, menurut risalah sesi yang dirilis Rabu.

Diskusi ini terjadi ketika para pengambil kebijakan tidak hanya memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pinjaman semalam tidak berubah tetapi juga mengubah pernyataan pascapertemuan untuk menunjukkan tidak ada pemotongan yang akan dilakukan sampai Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memiliki keyakinan yang lebih besar inflasi sedang surut. .

"Sebagian besar peserta mencatat risiko dari tindakan yang terlalu cepat untuk melonggarkan kebijakan dan menekankan pentingnya menilai secara hati-hati data yang masuk dalam menilai apakah inflasi bergerak turun secara berkelanjutan hingga dua persen," demikian isi risalah tersebut, dilansir CNBC International, Kamis, 22 Februari 2024.

Tren suku bunga

The Fed beralih ke sikap yang lebih dovish pada bulan Desember, dengan pasar sekarang memperkirakan penurunan suku bunga pada musim panas. Alat CME FedWatch menyarankan penurunan suku bunga 25 basis poin pertama pada tahun 2024 dapat terjadi pada awal Juni. Data-data inflasi terkini membuat The Fed masih membutuhkan suku bunga tinggi untuk meredam inflasi.

Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 3,1 persen dari tahun lalu pada Januari atau turun dari 3,4 persen pada Desember. Namun angka ini berada di atas perkiraan median MarketWatch sebesar 2,9 persen.

Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan mata uang suatu negara, menarik investasi asing dan meningkatkan permintaan terhadap mata uang negara tersebut. Melemahnya dolar AS umumnya berdampak positif bagi pasar negara berkembang, hal ini sering terjadi ketika The Fed memangkas suku bunga di luar krisis ekonomi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)