Kebijakan Tarif Trump Diyakini Bikin Ekonomi AS Melorot

Ilustrasi ekonomi terancam AS resesi. Foto: iStock.

Kebijakan Tarif Trump Diyakini Bikin Ekonomi AS Melorot

Husen Miftahudin • 20 March 2025 07:54

London: Ekonom Inggris John Ross mengatakan kebijakan tarif terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan berdampak negatif terhadap ekonomi AS.
 
Sejak menjabat pada akhir Januari, Trump telah berulang kali menyatakan kebijakannya akan meningkatkan ekonomi AS dan membawa kekayaan kembali ke AS. Namun, Ross, yang juga peneliti senior di Institut Studi Keuangan Chongyang di Universitas Renmin Tiongkok, menyatakan tarif tersebut dapat memiliki efek sebaliknya.
 
"Satu-satunya masalah dengan tarif adalah kombinasi efek buruk apa yang akan terjadi," kata Ross, yang juga mantan direktur kebijakan ekonomi dan bisnis untuk wali kota London, dikutip dari Xinhua, Kamis, 20 Maret 2025.
 
Dampak jangka pendeknya adalah inflasi karena tarif menaikkan harga barang impor, dan ini juga berarti perusahaan-perusahaan AS dalam industri yang sama dapat menaikkan harga mereka karena harga pesaing internasional mereka telah naik.
 
"Namun tugas Federal Reserve adalah menahan inflasi. Oleh karena itu, jika melihat tekanan inflasi, Federal Reserve akan menaikkan suku bunga, tetapi akan memperlambat perekonomian," jelas Ross.
 

Baca juga: OECD Ramal Pertumbuhan Ekonomi Global Melempem di 2025


(Presiden AS Donald Trump. Foto: Anadolu Agency)
 

Arus modal asing bakal tersendat

 
Diketahui, ekonomi AS bergantung pada arus masuk modal asing untuk pertumbuhan akan terganggu. Sebab kenaikan tarif pasti akan memengaruhi arus masuk modal luar negeri ke AS, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonominya.
 
Ross mencatat faktor domestik pada akhirnya menentukan perkembangan ekonomi AS. Namun, Trump tidak berniat memangkas anggaran militer atau mereformasi layanan medis, dan kebijakan yang diperkenalkan saat ini hanyalah sebuah 'recehan'.
 
Mengenai dampak kebijakan tarif Trump terhadap ekonomi global, Ross mengatakan AS ingin mengisolasi diri di balik tembok tarif, tetapi sebagian besar dunia akan terus mengejar globalisasi.
 
Ia menekankan ekonomi yang tumbuh pesat, terutama di negara-negara berkembang, tetap berkomitmen pada integrasi global dan tidak berniat meninggalkan kebijakan yang berhasil.
 
Ross yakin kebijakan Trump mempercepat pembagian dunia menjadi dua jalur, yakni negara yang menganut proteksionisme dalam menghadapi perlambatan ekonomi. Sedangkan negara yang berkomitmen pada globalisasi dapat menikmati pertumbuhan berkelanjutan. "Jelas, mana di antara mereka yang akan lebih sukses," tutur Ross.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)