Ilustrasi PLTU. Foto: MI/Ramdani.
Anggi Tondi Martaon • 3 June 2025 23:45
Jakarta: Wacana penghentian sementara (mothballing) PLTU batu bara seperti PLTU Suralaya kembali mencuat. Hal itu tak lepas dari meningkatnya urgensi transisi energi di Indonesia dan tekanan mengurangi ketergantungan terhadap energi berbasis fosil.
Direktur Eksekutif Daulat Energy, Ridwan Hanafi, mengatakan, urgensi opsi mothballing PLTU Suralaya didukung logika teknokratis. Sebab, kebijakan memensiunkan PLTU batubara masih terhambat oleh faktor klasik.
"Yaitu keterbatasan pendanaan," kata Ridwan melalui keterangan tertulis, 3 Juni 2025.
Dia menilai skema mothballing sebagai solusi moderat. Sebab, tidak serta-merta memensiunkan unit pembangkit dan memberikan ruang untuk melakukan penyesuaian dan efisiensi operasional.
"Pendekatan ini juga dapat mengurangi tekanan terhadap sistem keuangan PLN dan membuka jalan bagi pembangkit energi baru terbarukan (EBT) untuk mengambil peran lebih besar," ungkap dia.
Baca juga:
Sugeng Suparwoto Dukung Penggunaan Teknologi Co-Firing di PLTU |