Rupiah Pagi Ini Naik 0,16% ke Level Rp16.172/USD

Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi.

Rupiah Pagi Ini Naik 0,16% ke Level Rp16.172/USD

Husen Miftahudin • 7 January 2025 11:25

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami penguatan.

Mengutip data Bloomberg, Selasa, 7 Januari 2025, rupiah hingga pukul 10.46 WIB berada di level Rp16.172 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik sebanyak 26 poin atau setara 0,16 persen dari Rp16.198 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, di tengah meningkatnya kekhawatiran suku bunga Amerika Serikat (AS) akan turun lebih lambat di tahun ini. Federal Reserve telah memperingatkan pada Desember dimana inflasi yang lesu dan kekuatan di pasar tenaga kerja akan membuat suku bunga tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama, dengan komentar terbaru dari pejabat Fed yang mendukung gagasan ini.

Gubernur Adriana Kugler dan Presiden Fed San Francisco Mary Daly mengatakan, bank sentral masih belum menyatakan kemenangan atas inflasi dan mengamati pasar tenaga kerja dengan saksama untuk mencari tanda-tanda pelemahan.

"Inflasi yang lesu dan pasar tenaga kerja yang kuat membuat Fed kurang bersemangat untuk memangkas suku bunga. Fokus minggu ini adalah pada data penggajian nonpertanian yang akan datang untuk isyarat lebih lanjut tentang suku bunga," papar Ibrahim.

Fokus minggu ini sepenuhnya tertuju pada data inflasi utama untuk Desember, yang kemungkinan akan menjadi faktor dalam ekspektasi untuk stimulus lebih lanjut di negara tersebut. Beijing diperkirakan akan meningkatkan pengeluaran fiskal pada 2025 untuk mendukung ekonomi Tiongkok, yang tengah bergulat dengan deflasi yang terus-menerus selama bertahun-tahun dan penurunan pasar properti.

"Trump juga telah berjanji untuk mengenakan tarif perdagangan yang tinggi terhadap Tiongkok, yang dapat memacu respons stimulus yang lebih kuat dari Beijing," jelasnya.
 

Baca juga: Dolar AS Ambruk
 

APBN 2024 defisit 2,29%


Sementara itu, Ibrahim mengaku pasar terus mengamati Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 mencatatkan defisit Rp507,8 triliun atau setara 2,29 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Defisit itu melebar dari capaian tahun sebelumnya atau 2023, yaitu Rp347,6 triliun atau 1,65 persen terhadap PDB.

Secara keseluruhan, APBN 2024 memang didesain 2,29 persen terhadap PDB. Artinya, pemerintah sudah memperkirakan bahwa defisit APBN 2024 akan lebih besar dari 2023. Pemerintah sempat memperkirakan defisit APBN 2024 akan melebar hingga 2,7 persen, karena kondisi makroekonomi semester I-2024 yang begitu berat.

Target awal defisit APBN adalah Rp522.8 triliun. Sebelumnya, Menteri Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat juga sempat menyepakati defisit Rp609,7 triliun. Angka itu setara 2,70 persen terhadap PDB.

Sedangkan pendapatan negara 2024 telah mencapai Rp 2.842,5 triliun atau naik 2,1 persen secara tahunan (yoy) dibanding 2023. Pendapatan negara pada 2024 berasal dari penerimaan pajak Rp1.932,4 triliun, kepabeanan dan cukai Rp300,2 triliun, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp579,5 triliun, dan hibah Rp30,3 triliun.

Tekanan harga pangan akibat El Nino, tingginya harga minyak, hingga perlambatan ekonomi Tiongkok memengaruhi prospek ekonomi Indonesia dan APBN. Namun demikian, seiring meredanya tekanan harga minyak, naiknya harga komoditas seperti batu bara dan CPO, hingga adanya stimulus fiskal dan moneter Tiongkok membuat kondisi ekonomi membaik, sehingga defisit APBN bisa kembali sesuai desain awal.

Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan menguat.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.150 per USD hingga Rp16.210 per USD," tutup Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)