Ilustrasi. Foto: Dok MI
Jakarta: Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada penutupan perdagangan sore ini. Pelemahan rupiah sudah terasa sejak pembukaan perdagangan pagi tadi.
Mengacu data Bloomberg, Selasa, 6 Mei 2025, rupiah menguat cuma 87 poin atau 0,53 persen ke posisi Rp16.536 per USD dibandingkan sebelumnya di posisi Rp16.449 per USD.
Sementara berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah malah melemah 85 poin atau 0,52 persen menjadi Rp16.530 per USD dibandingkan sebelumnya di posisi Rp16.445 per USD.
Sedangkan berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (disingkat Jisdor), mata uang Garuda ini terpantau berada di posisi Rp16.533 per USD, melemah dibandingkan kemarin sebesar Rp16.472 per USD.
(Ilustrasi rupiah. MI/Adam Dwi)
Pasar optimis belanja pemerintah dikebut
Menurut Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi, pasar optimis, konsumsi atau belanja pemerintah akan terus dipercepat dan mitigasi dampak ketidakpastian terus dilakukan, usai ekonomi tumbuh 4,87 persen secara tahunan pada kuartal I-2025. Pemerintah terus memperluas cakupan implementasi program prioritas bernilai tambah lebih tinggi seperti Makan Bergizi Gratis (MBG).
Diketahui, program MBG telah ditambah anggarannya menjadi Rp171 triliun. Sementara realisasinya mulai terjadi percepatan sejak Maret dan mencapai Rp2,3 triliun per April. Sebelumnya dalam dua bulan pertama tahun ini, realisasi hanya mencapai Rp300 miliar.
"Selain itu, pemerintah turut memberikan dukungan untuk sektor perumahan melalui insentif perpajakan, termasuk dengan perluasan target perumahan melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) menjadi lebih tinggi dari sebelumnya 220 ribu," papar Ibrahim.
Adapun, belanja pemerintah memang sempat tertahan akibat efisiensi dan realokasi anggaran yang dilakukan pada awal tahun. Alhasil, belanja K/L tertahan sejak Januari hingga Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membuka blokir anggarannya pada Maret 2025.
Pada kuartal I/2025, seluruh komponen pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tumbuh positif kecuali konsumsi pemerintah yang kontraksi 1,38 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
"Sementara dalam menghadapi ketidakpastian global yang berdampak pada ekonomi domestik, perlu dilakukan pemantauan secara berkala dan upaya mitigasi dampak ketidakpastian," jelas dia.