Ilustrasi. Foto: dok MI.
M Rodhi Aulia • 3 March 2025 22:07
Jakarta: Kementerian Perdagangan (Kemendag) diminta konsisten dalam menstabilkan harga pangan, terutama selama bulan suci Ramadan 2025. Kenaikan harga bahan pokok yang berulang setiap tahun harus diantisipasi dengan kebijakan yang lebih responsif dan tepat sasaran.
Anggota Komisi VI DPR RI Firnando Hadityo Ganinduto mengungkapkan bahwa berdasarkan pemantauannya di Daerah Pemilihan Jawa Tengah I, yang meliputi Kabupaten Kendal, Semarang, Kota Salatiga, dan Kota Semarang, sejumlah komoditas pangan mengalami lonjakan harga signifikan.
“Saya berdiskusi dengan masyarakat, dan sekaligus menelpon beberapa pasar di Kecamatan. Ternyata hasilnya, beberapa bahan pangan naik. Misalnya, minyak goreng naik sampai Rp20.000, lalu gula pasir Rp19.000, dan lain-lainnya,” ujarnya dalam rapat kerja dengan Menteri Perdagangan Budi Santoso dan Dirut Perum Bulog Mayjen TNI Novi Helmi di Jakarta, Senin, 3 Maret 2025.
Baca juga: Sahroni Dorong Polda Metro Tingkatkan Patroli Selama Ramadan
Politikus Golkar ini menilai respons pemerintah, khususnya Menteri Perdagangan, dalam mengatasi gejolak harga pangan masih lambat. Ia menyoroti Rakortas yang baru dilakukan pada 26 Februari 2025, padahal harga kebutuhan pokok sudah meningkat jauh sebelum Ramadan.
“Nah, Pak Mendag menindaklanjuti dengan Rakortas soal gejolak harga itu pada 26 Februari 2025, jadi program bapak ini sangat mepet sekali dengan Bulan Ramadan (1446 H), 1 Maret 2025,” ujarnya.
Lebih lanjut, Firnando menekankan pentingnya kebijakan yang dapat langsung berdampak dalam menekan kenaikan harga kebutuhan pokok selama bulan Ramadan.
“Program Bapak ini tidak berlaku cepat. Padahal kami berharap ada program yang berlaku cepat meredam harga selama Ramadan. Jadi hari pertama, kedua hingga satu bulan penuh, harga kebutuhan pokok bisa stabil,” tegasnya.
Dalam menghadapi lonjakan harga pangan, ia mendorong Kemendag untuk lebih proaktif dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga. Menurutnya, program mitigasi harus berjalan sepanjang tahun agar gejolak harga menjelang hari besar keagamaan dapat dikendalikan secara lebih efektif.