Rupiah Ambles 12 Poin, Ditutup di Level Rp16.688 per USD

Ilustrasi. Foto: Dok MI

Rupiah Ambles 12 Poin, Ditutup di Level Rp16.688 per USD

Eko Nordiansyah • 10 December 2025 16:08

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami pelemahan. Mata uang Garuda sudah melemah terhadap dolar AS sejak pembukaan pagi tadi.

Mengutip data Bloomberg, Rabu, 10 Desember 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.688 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 12 poin atau setara 0,07 persen dari posisi Rp16.676 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona lemah pada posisi Rp16.680 per USD. Rupiah melemah delapan poin atau setara 0,05 persen dari Rp16.672 per USD di pembukaan perdagangan hari ini.

Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.688 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.677 per USD.
 



(Ilustrasi. Foto: Dok MI)

Investor menanti keputusan suku bunga Fed

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan, pergerakan kurs rupiah hari ini dipengaruhi oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh The Fed yang tetap kuat. Pasar berjangka saat ini memperkirakan peluang sebesar 87 persen bank sentral AS akan melonggarkan kebijakan pada 10 Desember.

"Ini mencerminkan harapan inflasi yang lebih rendah atau data ketenagakerjaan dapat mendorong langkah tersebut," jelas Ibrahim.

Namun, ada kehati-hatian di antara beberapa investor karena sinyal beragam dari para pembuat kebijakan, yang baru-baru ini menggarisbawahi ketidakpastian seputar kekuatan ekonomi AS yang membuka kemungkinan siklus pelonggaran yang lebih bertahap atau tertunda.

"Fokus pasar hari ini pada laporan ketenagakerjaan AS menjelang keputusan suku bunga Fed. Rata-rata empat minggu ADP Employment Change dan JOLTS Job Openings untuk September dan Oktober akan menjadi sorotan utama. Jika hasilnya lebih lemah dari perkiraan, hal ini dapat meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga AS," tutur dia.

Di sisi lain, Bank Dunia mengingatkan utang luar negeri jangka pendek Indonesia yang kenaikannya sempat 'mengguncang' stok utang jangka pendek kawasan Asia Timur dan Pasifik pada 2024 atau di era Presiden Jokowi. Berdasarkan laporan Bank Dunia dalam International Debt Report 2025, kenaikan utang jangka pendek Indonesia pada 2024 mencapai 29,1 persen.

Nilainya mencapai USD65,12 miliar atau setara Rp1.074 triliun (kurs Rp16.500 per USD). Tahun sebelumnya, utang luar negeri jangka pendek Indonesia mencapai USD50,45 miliar (Rp832,4 triliun).

Bank Dunia mencatat, lonjakan kenaikan utang jangka pendek itu dipicu agresivitas penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) pada periode itu, sebagai instrumen operasi moneter, mempertahankan nilai tukar rupiah, dan menarik aliran modal asing.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Eko Nordiansyah)