Rupiah Jaga Penguatan atas Dolar AS

Ilustrasi rupiah. Metrototvnews.com/Husen Miftahudin

Rupiah Jaga Penguatan atas Dolar AS

Eko Nordiansyah • 11 December 2025 16:07

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami penguatan. Mata uang Garuda sudah menguat saat dolar AS terpukul penurunan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed).

Mengutip data Bloomberg, Kamis, 11 Desember 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.676 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 12 poin atau setara 0,07 persen dari posisi Rp16.688 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp16.670 per USD. Rupiah menguat 13 poin atau setara 0,08 persen dari Rp16.683 per USD di pembukaan perdagangan hari ini.

Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.668 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.688 per USD.
 



(Ilustrasi. Foto: Dok MI)

Fed pangkas suku bunga

Adapun, bank sentral AS Federal Reserve memutuskan untuk memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) menjadi kisaran 3,50 persen hingga 3,75 persen. Perlambatan penciptaan lapangan kerja dan kenaikan tingkat pengangguran dalam beberapa bulan terakhir menjadi sebab utamanya.

"Dalam mempertimbangkan besaran dan waktu penyesuaian tambahan terhadap kisaran target suku bunga dana federal, Komite akan dengan cermat menilai data yang masuk," kata Komite Pasar Terbuka Federal dalam sebuah pernyataan.

Keputusan ini pun menuai tiga perbedaan pendapat. Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee dan Presiden Fed Kansas City Jeffrey Schmid berpendapat suku bunga acuan seharusnya tidak diubah, sementara Gubernur Fed Stephen Miran kembali menganjurkan penurunan yang lebih besar, yaitu setengah poin persentase.

Selain itu, proyeksi baru yang dikeluarkan setelah penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh bank sentral AS menunjukkan rata-rata pembuat kebijakan hanya memperkirakan satu kali penurunan seperempat poin persentase pada 2026, prospek yang sama seperti pada September.

Sementara di sisi lain, Bank Indonesia (BI) menyampaikan sejumlah risiko yang perlu diwaspadai dampaknya terhadap ekonomi global ke depan, terutama terkait dengan perilaku agresif lembaga keuangan non-bank.

BI menyebutkan lima risiko utama yang menghantui prospek ekonomi global di masa mendatang. Salah satu yang menjadi sorotan utama yaitu kerentanan pasar keuangan akibat perilaku institusi non-bank.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Eko Nordiansyah)